Pacaran merupakan suatu hal yang dilarang dilakukan oleh umat agama Islam, dikarenakan pacaran itu bentuk mendekati zina. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an surat Al Isra' ayat 32 yang artinya "Dan janganlah kamu mendekati zina, (zina) itu adalah perbuatan keji dan jalan terburuk" ayat ini tidak hanya melarang zina itu sendiri namun melarang hal hal yang mendekati zina termasuk pacaran.
Secara psikologi agama, larangan ini bukan semata-mata bentuk pembatasan, melainkan bentuk perlindungan terhadap jiwa dan fitrah manusia. Beberapa manfaat dari dilarangnya pacaran dalam agama Islam adalah menjauhkan dari perbuatan zina, mencegah terjadinya stress serta mencegah penurunan harga diri seseorang karena dalam pacaran terkadang sering turun harga diri seperti melakukan kontak fisik padahal belum ada ikatan halal.
Tujuan utama dari pacaran adalah menjalin hubungan dekat sebelum nikah, namun realitas mengatakan bahwa presentasi orang yang pacaran dulu baru nikah itu tipis dan kebanyakan endingnya putus hubungan lalu berefek patah hati hingga menyebabkan munculnya gangguan psikologis seperti stres dan depresi.
Banyak kasus yang menunjukan bahwa rata-rata orang yang melakukan pacaran tetapi putus ditengah jalan (gagal sampai nikah) lalu stres dan terkadang sampai depresi pada akhirnya tidak bisa mengontrol emosi hingga melampiaskan ke hal hal negatif seperti mabuk, judi, kekerasan, dll. Dalam psikologi agama, ini merupakan pelarian jiwa yang tidak sehat akibat hilangnya arah spiritual.
Menurut prespektif psikologi, orang ketika sedang stres biasanya kurang bersemangat dalam menjalani hidup serta susah konsentrasi karena otaknya lagi tidak stabil, meskipun ada juga orang ketika sedang stres selalu melampiaskan ke hal positif tetapi sayangnya itu hanya sebagian orang saja.
Ketika kita mencintai seseorang karena fisik atau penampilannya, maka sebenarnya itu bukan cinta tapi obsesi. Jika kita mencintai seseorang karena kebaikannya, maka sebenarnya itu bukan cinta tapi kagum. Jika kita mencintai seseorang karena dia mencintai kita, maka sebenarnya itu bukan cinta tapi empati. Jika kita mencintai seseorang karena hartanya, maka sebenarnya itu bukan cinta tapi tertarik. Lalu sebenarnya apa definisi cinta, cinta merupakan rasa senang yang datangnya secara tiba-tiba dari hati tetapi kita bingung kenapa kita menyukainya bahkan sampai rela berkorban, maka itu yang namanya cinta.
Ketika kita mempunyai rasa cinta terhadap seseorang lalu kita mengajak pacaran maka sebenarnya itu bukan cinta melainkan nafsu karena cinta sejati menurut psikologi adalah cinta yang menyatukan jiwa, memperkuat keimanan, dan membawa kejalan kebaikan bukan membawa pada larangan. Bagaimana jika mengajak pacaran dengan tujuan untuk mengajak ke hal baik seperti pergi ke pengajian atau mengajak ziarah bersama, maka hukumnya haram karena tujuan yang baik tidak bisa ditempuh dengan cara buruk. Orang yang melakukan pacaran hingga berkali kali tetapi selalu putus ditengah jalan, biasanya didalam alam bawah sadarnya akan berperasaan bahwa dirinya tidak pantas mendapatkan pasangan. Ketika sudah terlanjur cinta pada seseorang, maka akan selalu effort membahagiakan orang yang kita cintai serta akan selalu memikirkan bagaimana caranya agar dicintai balik . Lantas bagaimana ketika kita sudah memberikan effort yang maksimal lalu kita ditinggal pergi dalam artian ditinggal nikah, maka yang terjadi kita akan merasa sedih dan bisa saja sampai sakit hati meskipun kata Sayyidina Ali Bin Abi Thalib: "Jika kamu mencintai seseorang biarkan dia pergi, jika dia kembali berarti dia milikmu, jika dia tidak kembali maka itu bukan milikmu" tetapi banyak orang yang belum bisa menerima kata kata itu dengan baik.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI