Lihat ke Halaman Asli

Siti Kurniati

Pembelajar

Puisi | Dengan Titik

Diperbarui: 1 Maret 2019   16:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: www.sitedoanderson.com

Kau duduk di sampingku.  Tanpa ba-bi-bu, kau diam beribu kata. Entah apa yang ada dalam benakmu. Mengulang kisah lamamu padaku hingga luka dalamku tak berasa? Ataukah, menyesali lakumu padaku tempo lalu? Ah, entahlah ... tak mampu kuduga. Berkecamuk pikiranmu, hatimulah dan Tuhanmu yang tahu. Aku? Khusyuk dengan sepiku.

Kau berdeham pas di daun telingaku. Isyaratkah? Atau tenggerokanmu yang gatal? Ah, entahlah ... semoga kau sehat selalu.

Kau beringsut, menempelkan tubuhmu di punggungku. Aku mengintip gerakanmu dengan kerlingan singkat mata sipitku.  Kakimu  yang dibalut pantalon hitam mengilat diselonjorkan, seraya lirih berbisik: penat nian nuraniku tempo lalu padamu. Kau kujatuhkan dengan kata-kataku tanpa perlawananmu. Kau kutikam dengan pedasnya makian di hadapan kroni andalanku. Kau tersenyum kecut dan berlalu tanpa sepatah kata pun pembelaan darimu. Ada apa denganmu? Berlalu tanpa  angin yang merayumu, beranjak tanpa payung memayungimu. Setegar itukah dirimu?

Aku terpana hingga lidahku kelu. Menyimak untaian kata dari bibirmu. Aku tersedu dan kau pun tahu. Aku tediam dalam ruang yang diam. Aku sekarang yang bertanya padamu. Ada apa dengan dirimu? Masih belum cukupkah kata-kata sembilumu memorakporandakan rasaku? Masih kurangkah diamku atas lisanmu? Masih ... masih ... Ah, entahlah ...

Ah, sudahlah. Masa lalu biarlah berlalu. Sandaran tubuhmu di punggungku, cukup menentramkan hatiku. Dengan titik. Dengan titik, tanpa koma.

Dengan titik. Senyum indah mengembang dari bibir kita berdua.

Selamat datang atmosfer baru.

cimindi, 1 maret 2019.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline