Lihat ke Halaman Asli

Niam At Majha

Penikmat Buku dan Penikmat Kopi

Mencontek, Tak Sekadar Pilihan

Diperbarui: 6 Januari 2023   11:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pribadi

Selama ini dunia pendidikan kita apabila anak menyontek selalu di pandang sebelah,  sebuah aib atau sebagainya, padahal realita di lapangan budaya menyotek ketika mengerjakan soal-soal baik pilihan ganda atau uraiannya, seakan menjadi sesuatu yang amat lumrah. Lalu bagaimana seharusnya kita bersikap?

Buku bertajuk Biarkan anak-anak kita menyontek karya Junaidi Abdul Munif berusaha merespon tentang hal tersebut. Meskipun dalam buku ini adalah bentuk serpihan-serpihan artikel/ esai yang tercecer di media massa. Namun meskipun begitu tidak akan mengurangi subtansi yang terkandung dalam buku ini. Bisa di bilang bahwa lahirnya buku ini adalah bentuk dari kegelisahan yang penulis alami, bahkan bisa jadi ketika itu penulis juga melakukan praktik mencontek.

Seperti yang di uraikan penulis dalam kata pengantarnya, Esai-esai pendidikan yang saya tulis mencoba melihat pendidikan dalam aspek yang luas tersebut. 

Bagaimana melihat pendidikan dari sisi kebudayaan, hubungan pendidikan dengan guru, pendidikan dengan agama, pendidikan dengan kurikulum, pendidikan dengan anak-anak, dan lain-lain, adalah upaya saya untuk menjadikan pendidikan sebagai entitas yang benar-benar mendesak untuk ditata dan direka ulang.

Esai-esai ini saya tulis sejak sekitar tahun 2010, melewati pergantian presiden, menteri, dan kebijakan. Pemerintah terus merumuskan kebijakan untuk memperbaiki pendidikan. Dan kita, masyarakat, tidak boleh hanya tinggal diam. Pendidikan adalah diri kita sesungguhnya, mengurat nadi dalam gerak dan pikir kita sebagau manusia yang berbudaya.

Ada salah satu alasan kenapa ada siswa yang mempraktikkan mencontek; kadar pengetahuan siswa yang selama ini secara konseptual diarahkan pada ranah kognitif, afektif, psikomotorik, pada realitasnya tidak demikian. 

Anak-anak masih fokus pada aspek pengetahuan saja, sedangkan keterampilan dan sikap terbengkalai. Sehingga, output maupun outcome yang ada hanya terbatas pada ranah pengetahuan. 

Padahal, pendidikan kita menganjurkan adanya relasi antara olahpikir, olahrasa, dan olahraga. Kedua, mencontek di buku ini bukan "dilegalkan", melainkan ada pandangan lain yang menegaskan bahwa mencontek menjadi alternatif anak-anak, bahkan mahasiswa yang memang kesalahan sebuah sistem pendidikan yang ada.

Selain itu, Setiap pelaksanaan UN, seperti biasa, mencontek menjadi momok tabu yang haram dilakukan. Beberapa sekolah bahkan perlu menyusun sebuah pakta integritas untuk melaksanakan UN dengan jujur. 

Kendati, seperti adagium, penjahat selalu selangkah lebih maju ketimbang polisi, mencontek adalah "bahaya laten". Berbagai cara dilakukan anak didik agar berhasil lolos dari mata pengawas saat mencontek.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline