Lihat ke Halaman Asli

Samosir, Kampung dengan Banyak Halaman untuk Dikisahkan (Bagian 2)

Diperbarui: 16 September 2021   01:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jabu oppung tampak depan. (Dokpri.)

Pulau Samosir do, haroroanku Samosir do; I do asal hu sai tong ingothonku; saleleleng ngolungku hu puji ho. I do asal hu sai tong ingothonku; saleleng ngolungku hu puji ho. (Lagu Pulo Samosir)

Dulu. Di suatu pagi menjelang siang, aku terbangun dengan tumpukan tipis tikar anyaman di atas tubuhku. Tikar yang adalah hasil anyaman sendiri yang terasa hangat. Tapi bukan hasil anyaman oppung boru. Kata oppung doli, rumah yang baik harus menyediakan banyak tikar. 

Apalagi kalau memiliki banyak anak dan cucu. Sehingga ketika cuaca menjadi sangat dingin, selain dijadikan alas, tikar bisa digunakan untuk selimut. 

Tikar yang banyak membuat oppung tidak cemas apakah cucu-cucunya akan kedinginan. Tikar-tikar berwarna coklat muda pucat tersebut biasanya disimpan oppung di dalam lemari kayunya dan akan dikeluarkan ketika cucu-cucunya berencana akan datang dan menghabiskan waktu libur di Samosir. 😄

Rumah utama oppung, biasa kami sebut jabu, adalah bangunan terbuka satu ruangan, berbahan dasar kayu tebal kuat yang sangat terawat. Seluruh bagiannya terbuat dari kayu. 

Tidak ada paku di sana. Di langit-langit bagian dalam rumah di dekat pintu depan rumah, ada bagian yang menjorok ke dalam selebar 1 meter seperti loteng terbuka. 

Bagian tersebut seperti rak memanjang yang kadang digunakan untuk menyimpan hasil panen. Bisa juga digunakan untuk para pemusik beserta semua alat musik tradisional  (gondang) jika tuan rumah mengadakan acara tertentu yang membutuhkan musik.

Lantai jabu oppung terbuat dari kayu dan terasa hangat. Jendelanya berbentuk segiempat, berada di dua sisi jabu dan berukuran kecil. Pintu di bagian belakang jabu seperti menggantung. Berbentuk segiempat dan tidak sampai dasar lantai. Dapur tambahan adalah bangunan tambahan yang berada di belakang jabu. 

Sekarang, bangunan tambahan itu sudah tidak ada lagi. Diganti dengan bangunan rumah modern yang menggunakan semen, batubata dan dinding pembatas ruangan. Sehingga rumah oppung menjadi 2 bagian rumah yang dihubungkan dengan tangga.

Dari jalan raya di depan rumah, rumah tradisional oppung tak tampak. Namun, ketika berjalan menuju arah Palipi, akan tampak rumah oppung yang masih tampak terawat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline