Lihat ke Halaman Asli

Hidup dan Duka yang Mendalam

Diperbarui: 24 Februari 2019   23:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kehidupan tak selamanya putih ada beberapa noda yang mesti menempel sebagai bagian dari dialektika yang terjadi dalam diri manusia. Hidup haruslah terus berjalan meski kadang waktu terasa diam tak berjalan karena ada kejadian yang tidak mengenakkan.


Waktu adalah dimensi yang semestinya terisi dengan hal-hal yang bermanfaat oleh sebab itu maka kita harus senantiasa menebarkan kebaikan. Kebaikan yang kita lakukan akan kembali pada diri kita masing-masing sebagai bentuk hukum kausalitas yang tuhan ciptakan. 

Tidak ada orang yang paling bersedih selain kehilangan orang yang disayang, tidak akan ada kasih dan sayang kecuali dengan kebaikan yang telah diberikan.


Saat kehidupan seseorang diambil oleh sang tuhan, tidak ada satu orangpun yang paham seperti apa skenario yang akan dijalankan. Sebagai seorang yang taat kepada ketentuan tuhan haruslah kita legowo menghadapi berbagai macam cobaan yang tuhan berikan termasuk kehilangan seseorang yang kita sayang. 

Percayalah apa yang diambil oleh tuhan akan kembali dengan bentuk lain dalam dimensi yang berbeda bahkan lebih dari apa yang dibayangkan sebelumnya dengan keyakinan yang sebenar-benarnya.


Apa yang kita rencanakan dengan sebaik-baiknya dengan manajemen resiko yang dibuat seakurat apapun skalanya masih tidak lebih baik dari apa yang tuhan proyeksikan, karena itu sesuai dengan kemampuan masing-masing orang. 

Duka sering kali datang tanpa salam sehingga acapkali mendatangkan keresahan dan kesedihan, sebagai seorang yang beriman kita harus sabar dan tegar menghadapi cobaan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline