Lihat ke Halaman Asli

Nana Marcecilia

TERVERIFIKASI

Menikmati berjalannya waktu

Mungkin Anda Benar tentang Covid-19, tapi Pertimbangkanlah Sisi Lainnya

Diperbarui: 24 Juni 2021   12:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Kompas.com

Lonjakkan kasus COVID 19 semakin mengkhawatirkan, jumlah pasien rumah sakit pun semakin hari semakin banyak, bahkan ada yang sampai belum mendapatkan ranjang, kehabisan tabung oksigen, dan sebagainya.

Saran untuk lockdown pun dianjurkan oleh para ahli penyakit menular. Namun pemerintah memiliki pertimbangan yang berbeda, PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat) mikro menjadi pilihan untuk mencegah penularan COVID yang sepertinya semakin ganas. 

Disaat seperti ini pun, tidak sedikit orang yang kurang mempercayai keberadaan COVID. Tidak menyalahkan juga, karena mungkin apa yang mereka lihat disekitar, pengalaman adanya permainan "deteksi Covid" oleh rumah sakit, dan mungkin pengalaman lainnya, menjadi faktor pendorong rasa ketidakpercayaan pada adanya virus ini. 

Tapi mari kita pikirkan bersama-sama, dan mempertimbangkan akibatnya. 

Pemberlakuan lockdown

Mungkin Anda benar bahwa pemberlakuan lockdown bisa menekan angka laju penularan COVID. Namun, perlu dipikirkan juga dampak berikutnya dari sisi ekonomi dan sosial masyarakat.

PSBB (pembatasan sosial berskala besar) waktu lalu mengakibatkan kelumpuhan ekonomi di berbagai sektor, akibatnya banyak karyawan yang terkena PHK, dan para pengusaha, baik itu pengusaha besar hingga UMKM memiliki kesulitan perekonomian. Itu baru orang yang bekerja kantoran ataupun pertokoan. 

Belum lagi nasib para pedagang kecil yang bisa jadi mereka baru bisa makan di hari itu, kalau ada yang membeli dagangan mereka, keluarga mereka baru bisa makan. 

Ketika perputaran perekonomian kurang berjalan lancar, belum lagi pendistribusian bantuan pemerintah yang belum tentu tepat sasaran, tidak menutup kemungkinan masalah sosial akan terjadi. Banyak kriminalitas! 

Hal ini dipicu mereka yang merasa terdesak perekonomian perlu memberi makan keluarganya. Sudah terkena PHK, perekonomian carut-marut, bantuan pemerintah belum tentu didapat karena tidak dekat dengan pengurus daerahnya, sekolah anak perlu biaya besar, harga bahan pokok pun malah naik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline