Tanggapan Mengenai Artikel "Ketika Jalanan Menjadi Panggung : Demonstrasi, Media, dan Rekayasa Sosial"

Nama : Najwa Sechan Azkia

NIM : 1251340019

Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila

Untuk pertemuan kedua ini, tepatnya pada hari Rabu tanggal 10 September 2025 mata kuliah Pendidikan Pancasila ini masih diberlakukan secara online dikarenakan adanya pengalihan kelas kegiatan oleh pihak DNK TV. Walaupun pertemuan ini masih diberlakukan secara online, Bapak Study Rizal telah memberikan tugas kepada mahasiswa, yakni membaca serta memberikan tanggapan dari salah satu artikel yang dibuat oleh beliau dan telah ditayangkan di "Kompasiana" sebagai bahan tugas untuk catatan mingguan. 

Di sini saya ingin memberikan sedikit tanggapan saya tentang artikel yang dibuat oleh Bapak Study Rizal dengan judul "Ketika Jalanan Menjadi Panggung : Demonstrasi, Media, dan Rekayasa Sosial"

Menurut saya, artikel yang dibuat oleh Bapak Study Rizal memberikan sudut pandang menarik bahwa demonstrasi tidak hanya sekadar aksi massa di jalan, tetapi juga bisa menjadi sebuah panggung simbolik yang dibentuk oleh media. Saya sepakat bahwa media memegang peran penting dalam menentukan bagaimana publik memandang demonstrasi, apakah sebagai perjuangan heroik atau justru sebagai kerusuhan yang menakutkan, tergantung bagaimana peristiwa itu dibingkai. Namun, ketika muncul kecurigaan tentang adanya rekayasa sosial, menurut saya penting untuk tetap berhati-hati dan mencari bukti konkret lainnya agar nantinya tidak terjebak pada spekulasi semata saja. 

Di sisi yang lainnya, saya juga menilai bahwa demonstrasi yang terorganisir tidak selalu berarti manipulasi, karena banyak aksi yang lahir dari keresahan nyata masyarakat lalu berkembang menjadi gerakan yang lebih besar. Oleh karena itu, masyarakat sebaiknya tidak hanya menjadi penonton pasif, tetapi juga perlu kritis serta bijak dalam menyikapi informasi, menyaring narasi media, dan melihat siapa saja yang sebenarnya diuntungkan dari sebuah demonstrasi. Dengan demikian, kita dapat memahami aksi massa secara lebih utuh tanpa mudah terjebak pada polarisasi atau narasi sepihak.