Lihat ke Halaman Asli

Najwa Nabillahasna

Universitas Sebelas Maret

Digital tapi Santun: Saatnya Bijak Berbahasa Indonesia di Era Modern

Diperbarui: 25 September 2025   10:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Di era digital ini, kita semua adalah warga negara digital. Media sosial dan platform daring telah menjadi ruang publik baru tempat kita berinteraksi, berdiskusi, dan berbagi informasi. Namun, di tengah kemudahan dan kecepatan yang ditawarkan, ada satu hal penting yang sering terlupakan: kesantunan berbahasa. Bahasa Indonesia, sebagai bahasa persatuan kita, menghadapi tantangan besar. Berbagai ekspresi kasar, ujaran kebencian, hingga hoaks, sering kali merusak harmoni digital.

Mulai dari pelajar, mahasiswa, profesional, hingga para orang tua, kita semua memiliki tanggung jawab yang sama. Kita harus menyadari bahwa kata-kata yang kita ketik di layar memiliki kekuatan yang setara dengan perkataan lisan. Dampaknya bisa positif, bisa juga merusak. Kita harus berhenti berpikir bahwa anonimitas daring adalah tameng untuk berkata seenaknya.

Mengapa hal ini sangat krusial? Karena bahasa mencerminkan karakter bangsa. Apa yang kita tulis, itulah siapa kita. Bahasa yang santun menciptakan ruang diskusi yang sehat, membangun empati, dan memperkuat persatuan. Sebaliknya, bahasa yang kasar dapat memicu konflik, menyebarkan kebencian, dan merusak hubungan sosial. Ketika bagaimana kita berkomunikasi menjadi lebih penting dari apa yang kita sampaikan, kita harus berbenah.

Lalu, bagaimana caranya kita mulai membiasakan diri berbahasa santun di ruang digital? Ini bukan soal menjadi kaku atau terlalu formal, melainkan memilih kata yang tepat, menghindari bahasa kasar, dan berpikir sebelum mengetik.

  • Pahami Konteks: Sebelum berkomentar, luangkan waktu sejenak untuk memahami isu yang dibicarakan. Jangan langsung melontarkan emosi tanpa dasar.
  • Hindari Kata-Kata Kotor: Jelas, ini adalah aturan dasar. Kata-kata kotor tidak akan membuat argumen kita jadi lebih kuat, justru sebaliknya.
  • Hargai Perbedaan Pendapat: Ingat, setiap orang memiliki sudut pandang berbeda. Mari belajar untuk berdiskusi, bukan menyerang. Saling menghormati adalah kunci.
  • Tinjau Ulang Sebelum Kirim: Biasakan membaca kembali apa yang sudah kita ketik. Apakah itu mencerminkan diri kita yang bijak dan santun? Jika tidak, ubah.

Dengan mengamalkan kesantunan berbahasa, kita turut menciptakan ekosistem digital yang lebih baik. Diskusi menjadi lebih produktif, hoaks dapat diredam, dan masyarakat digital kita menjadi lebih dewasa. Siapa yang akan merasakan manfaatnya? Kita semua. Kapan kita bisa mulai? Sekarang. Di mana saja kita berada, di platform apa pun kita berinteraksi, kita bisa menjadi agen perubahan kecil yang berdampak besar.

Pada akhirnya, era modern ini menuntut kita lebih dari sekadar melek teknologi, tetapi juga melek etika digital. Mari kita pastikan bahwa "Digital tapi Santun" bukan hanya sekadar slogan, melainkan sebuah aksi nyata yang kita wujudkan bersama. Mari kita jaga Bahasa Indonesia, bukan hanya sebagai alat komunikasi, tapi juga sebagai cerminan budaya bangsa yang luhur dan beradab

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline