Lihat ke Halaman Asli

nailaitsnamaulidah

UIN Maulana Malik Ibrahim

Teori Behaviorisme: Memahami Perilaku Manusia Melalui Interaksi Stimulus dan Respons.

Diperbarui: 17 Maret 2025   23:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Teori belajar behaviorisme adalah teori yang memberikan penekanan kepada keadaan lingkungan yang berhubungan erat dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Slameto (2010), teori belajar behaviorisme merupakan teori belajar yang menuntut seorang guru memberi rangsangan sebagai stimulus kepada siswanya, sedangkan hasil dari stimulus itu dapat diamati dan diukur berdasarkan tujuannya untuk melihat ada tidaknya perubahan tingkah laku yang signifikan.

Teori belajar behaviorisme adalah teori psikologi yang materi ulasannya berupa perilaku yang tidak berkaitan dengan kesadaran atau struktur mental. Teori tersebut merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang bersifat objektif dan eksperimental dengan tujuan meramalkan dan mengontorol perilaku.

Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang meyakini bahwa untuk mengkaji perilaku individu harus dilakukan terhadap setiap aktivitas individu yang dapat diamati, bukan pada peristiwa hipotetis yang terjadi dalam diri individu. Oleh karena itu, penganut aliran behaviorisme menolak keras adanya aspek-aspek kesadaran atau mentalitas dalam individu. Pandangan ini sebetulnya sudah berlangsung lama sejak jaman Yunani Kuno, ketika psikologi masih dianggap bagian dari kajian filsafat.

Jadi, teori belajar behaviorisme adalah penguatan ikatan, hubungan, sifat, dan hasil stimulus-respons. Teori ini mempelajari perilaku manusia dan berfokus kepada peran dari kegiatan belajar untuk menjelaskan tingkah laku manusia, yang memunculkan hubungan perilaku reaktif atau respons. Pengamatan terhadap perilaku menjadi penting dalam memahami dan mengukur proses belajar.

Pembelajaran yang berpedoman pada teori behaviorisme  memandang bahwa pengetahuan adalah objektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah tersusun dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan ke orang yang belajar atau siswa. "Siswa di harapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang di pahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus di pahami oleh murid" (Degeng, 2006).

 Pengaruh bagi guru dinyatakan bahwa mengajar merupakan kegiatan pemindahan pengetahuan dari benak guru ke otak siswa. Oleh karena itu peran guru sebagai pendidik harus mengembangkan kurikulum yang terancang dengan menggunakan standart-standart tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para siswa. Karena teori behavioristik memandang bahwa sebagai pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur, maka siswa harus di hadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat.

 Pembiasaan dan disiplin menjadi pegangan dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan dalam penambahan pengetahuan di kategorikan sebagai kesalahan yang perlu di hukum dan keberhasilan belajar di kategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. "Siswa adalah obyek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus di pegang oleh sistem yang berada diluar diri siswa. Demikian juga, ketaatan pada aturan juga di pandang sebagai penentu keberhasilan belajar" (Degeng, 2006). Maka dari itu perlu kita ketahui mengenai apa yang dimaksud teori belajar behavorisme dan bagai mana implikasi teori behaviorisme dalam pembelajaran.

Terdapat beberapa tokoh teori belajar behaviorisme, antara lain Jhon B. Watson, Edwin Guthrie, Ivan Pavlov, dan B.F Skinner. Dari beberapa tokoh tersebut kita akan mengangkat teori behaviorisme menurut Ivan Pavlov.

Ivan Pavlov ialah seorang ilmuan juga ahli psikologi dan fisiologi rusia yang dikenal sebab penemuannya mengenai pengkondisian klasik (Classic Conditioning), dimana penemuan tersebut merupakan salah satu dasar dari teori Behaviorisme.  Pengondisian klasik yang menggambarkan proses pembelajaran melalui stimulus dari lingkungan dan bersifat alami. Dalam teori ini ivan pavlov menggunakan anjing sebagai bahan untuk percobaannya. Dalam percobaan ini ivan pavlov menguraikan jika anjing diberi makanan, maka secara tidak langsung anjing akan terpancing dengan mengeluarkan air liurnya akibat diberi makanan tersebut. Pada percobaan selanjutnya jika anjing diperdengarkan bunyi suara lonceng, maka tidak akan merespons atau mengeluarkan air liur. Kemudian anjing diberikan makanan setelah diperdengarkan bunyi suara lonceng  sehingga anjing akan merespons dengan  mengeluarkan air liur sebab pemberian makanan. Setelah dilakukan secara berulang-ulang, maka Ketika anjing mendengar bunti suara lonceng tanpa diberikan makanan, secara otonom anjing akan memberikan respons yaitu dengan mengeluarkan air liurnya.

Percobaan ini dilakukan untuk membentuk perilaku anjing supaya ketika mendengar lonceng dibunyikan akan merespons dengan mengeluarkan air liur walaupun tanpa diberi makanan. Anjing tidak memberi respons apapun ketika mendengarkan bunyi lonceng. Jika anjing diberikan stimulus berupa bunyi lonceng secara terus menerus kemudian mengeluarkan air liur tanpa diberikan makanan, maka kemampuan stimulus terkondisi (bunyi lonceng) untuk menimbulkan respons (air liur) akan hilang. Hal ini disebut dengan extinction atau penghapusan.    

Teori behaviorisme yang menekankan adanya hubungan antara stimulus (S) dengan respons (R) secara umum dapat dikatakan memiliki arti yang penting bagi siswa untuk meraih keberhasilan belajar. Caranya seperti, guru banyak memberikan stimulus dalam proses pembelajaran, dan dengan cara ini siswa akan merespons secara positif apa lagi jika diikuti dengan adanya reward yang berfungsi sebagai reinforcement (penguatan terhadap respons yang telah ditunjukkan). Oleh karena itu, teori ini berawal dari adanya percobaan sang tokoh behaviorisme terhadap binatang, maka dalam konteks pembelajaran ada beberapa prinsip umum yang harus diperhatikan. Menurut Mukinan (1997: 23), beberapa prinsip tersebut adalah: (1) Teori ini beranggapan bahwa yang dinamakan belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang dikatakan telah belajar sesuatu jika yang bersangkutan dapat menunjukkan perubahan tingkah laku tertentu. (2) Teori ini beranggapan bahwa yang terpenting dalam belajar adalah adanya stimulus dan respons, sebab inilah yang dapat diamati. Sedangkan apa yang terjadi di antaranya dianggap tidak penting karena tidak dapat diamati. (3) Reinforcement, yakni apa saja yang dapat menguatkan timbulnya respons, merupakan faktor penting dalam belajar. Respons akan semakin kuat apabila reinforcement (baik positif maupun negatif) ditambah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline