Lihat ke Halaman Asli

Nafisa Yasmin

Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional Universitas Mulawarman

Girlband No Na: Musik, Tarian, dan Diplomasi Masa Kini

Diperbarui: 2 Oktober 2025   20:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Musik. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Dalam era modernisasi, diplomasi budaya Indonesia ke kancah global tidak lagi hanya berlangsung di meja perundingan atau forum formal. Musik dan tarian kini menjadi salah satu media strategis untuk memperkenalkan budaya ke panggung dunia. Media ini dimanfaatkan No Na, girlband yang terdiri dari empat perempuan berdarah Indonesia, yang debut pada Mei 2025 di bawah naungan label internasional 88rising.

Musik sebagai Instrumen Soft Power

Joseph Nye, seorang ilmuwan politik Amerika, memperkenalkan konsep soft power sebagai kemampuan suatu negara memengaruhi pihak lain melalui daya tarik budaya, nilai, dan ide, bukan dengan paksaan. Dalam konteks ini, No Na dapat dipandang sebagai representasi soft power Indonesia.

Debut No Na dengan singleShoot” menampilkan visual alam yang memukau, yang direkam langsung di beberapa tempat di Indonesia seperti Bali, Lombok, dan Jakarta. Video musik tersebut tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga sarana promosi pariwisata dan budaya Indonesia. Data menunjukkan, hanya dalam beberapa minggu setelah rilis, MV “Shoot” telah ditonton lebih dari 3,9 juta kali di YouTube, sementara di Spotify, No Na mencatat 3,2 juta streams dengan hampir 1 juta pendengar bulanan pada Mei 2025. Angka ini menegaskan bahwa media musik dapat menjadi kanal efektif untuk memperluas jangkauan promosi budaya.

Diplomasi Budaya di Era Digital

Tyagi (2024) berpendapat bahwa budaya yang mampu menarik minat pihak lain menciptakan peluang untuk membangun hubungan internasional yang lebih kuat melalui pendekatan persuasif berbasis budaya, bukan dengan cara koersif (tekanan atau paksaan).

Diplomasi budaya melalui musik pop memiliki keunggulan: sifatnya mudah diterima dan menjangkau generasi muda lintas negara. Menurut Indonesia Millennial and Gen Z Report (IMGR) 2026, popularitas No Na di platform digital sangat tinggi. Dalam minggu pertama debut, mereka meraih 545 ribu likes dan ribuan komentar di TikTok, sebagian besar melalui dance challenge dari lagu “Shoot”. Fenomena ini menunjukkan bahwa diplomasi budaya kini mulai cepat bergerak melalui algoritma media sosial, bukan sekadar panggung formal.

Menggabungkan Identitas Lokal dengan Estetika Global

Keunikan No Na terletak pada kemampuannya menggabungkan estetika global dengan identitas lokal. Nama “No Na” sendiri berasal dari kata “nona,” yang berarti perempuan muda, sekaligus simbol feminitas modern Indonesia. Dalam penampilan mereka, unsur budaya lokal tidak dihilangkan. Kostum dengan sentuhan batik yang dirancang dengan tampilan modern, koreografi yang terinspirasi dari tarian Bali, hingga representasi kecantikan khas Indonesia (dari warna kulit hingga gaya rambut) menjadi pernyataan bahwa mereka bangga dengan identitas bangsa. Hal ini penting mengingat representasi Asia Tenggara dalam industri hiburan global masih minim. Kehadiran No Na menjadi “angin segar” yang menunjukkan bahwa Indonesia tidak hanya konsumen budaya global, tetapi juga memiliki potensi bersaing di bidang industri budaya.

Penutup

No Na adalah bukti bahwa diplomasi budaya tidak harus kaku dan formal. Dengan musik, visual, dan pengemasan estetika yang kuat, budaya jadi lebih cepat diterima setiap kalangan. Di tengah dominasi K-Pop dan budaya global lainnya, No Na hadir sebagai representasi bahwa Indonesia juga mampu mengekspor budaya dengan cara yang relevan bagi generasi muda secara global.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline