Lihat ke Halaman Asli

Janger Tarian Tradisional Bali yang Memesona

Diperbarui: 10 Mei 2022   15:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Keberagaman suku, adat, budaya dan agama merupakan ciri khas Indonesia. Ini mengacu pada keragaman Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Indonesia memiliki kekayaan yang unik, kekayaan sumber daya alam dari darat hingga laut, perbedaan suku, suku, agama dan budaya Indonesia adalah modal besar untuk menjadi bangsa yang besar. 

Namun, dibutuhkan negara dengan semangat nasionalisme yang kuat untuk menopang semua keragaman ini.

Orang Bali percaya akan adanya berkah dari Tuhan dalam bentuk taksu (sesuatu yang abstrak atau tidak nyata, bukan materi), meskipun ada atau tidaknya berdampak besar pada kualitas komunitas sosial dan budaya manusia. Masyarakat Bali meyakini kekuatan taksu sebagai salah satu faktor pendukung keberlangsungan dan perkembangan seni tradisi lokal yang lestari hingga saat ini. 

Kesenian berasal atau ada di setiap daerah karena adanya perbedaan yang khas, sebagai kekuatan berupa penguasaan terhadap kesenian yang ada di daerahnya. Variasi tersebut bervariasi dan mengikuti fungsi atau kebutuhan daerah itu sendiri, tiga pembagian fungsi kesenian di Bali, yaitu sebagai upacara atau wali, pengiring upacara atau bebali, serta tontonan/hiburan atau balih-balihan.

Berdasarkan ketiga pembagian tersebut, masyarakat setempat dapat terinspirasi untuk menciptakan karya seni masyarakat dalam kehidupan sehari-harinya. Digunakan sebagai inspirasi dalam bentuk karya yang menyenangkan, seperti seni visual. 

Sebuah karya seni hadir di masyarakat sebagai sesuatu yang membentuk kepribadian atau identitas suatu kelompok masyarakat dari suatu tempat, dapat berkembang jika ada masyarakat yang mendukung. 

Potensi masyarakat setempat dapat dijadikan dasar kreativitas yang berbasis keahlian di bidang kesenian daerah untuk memungkinkan kemajuan sesuai selera, kemampuan, selera dan kondisi atau situasi yang mendukung. Berkaitan dengan hal tersebut, penata yang lahir dari lingkungan dan bagian dari masyarakat Bali ini turut menciptakan seni pertunjukan khususnya seni tari sebagai upaya melestarikan seni itu sendiri. 

Tari sebagai manifestasi estetika manusia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dalam masyarakat yang bermakna.

Berawal dari konsep pelestarian di atas, dicoba untuk melihat keadaan seni di Bali, khususnya tari Janger, yang hidup pada tahun 1930-an. Tarian ini merupakan salah satu bentuk tarian rakyat yang sangat populer dan populer di kalangan masyarakat Bali, ditampilkan oleh para pemuda dan pemudi sambil bernyanyi dan bereaksi. 

Menurut kamus Bali-Indonesia, kata Janger berarti nama tarian Bali yang dibawakan oleh para pemuda dan pemudi. Di sisi lain, diduga nama Janger mungkin berasal dari tiruan suara (anomatope), seperti nama Cak, seperti yang muncul pada penari dalam kata-kata Cak. Demikian pula dalam Janger, kata-kata Janger diulang-ulang, sehingga tariannya disebut Janger.

Nyanyian Lenggang yang ceria dan ceria kini kembali menjamur dalam tarian Janger. Dulu, jenis tari ballroom di Bali ini banyak dibawakan oleh anak muda, belakangan ini tarian Majangeran juga banyak digandrungi oleh bapak-bapak dan ibu-ibu. Kita bisa melihatnya di arena Festival Kesenian Bali (PKB) atau di televisi, beberapa kelompok Janger adalah penari wanita murni.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline