Ok mari kita buka artikel ini dengan sebuah pertanyaan: apa yang pertama kali terpikirkan ketika mendengar film dengan tema zombie?
Mayat hidup yang berjalan lunglai, tak memiliki pikiran dan tak dapat mengendalikan nafsunya. Atau tentang tampilan zombie yang mengerikan dengan luka dan darah bercucuran diseluruh wajah yang siap menyergap makhluk mortal lainnya. Adegan zombie memburu manusia yang kerap kali membuat para penonton menutup mata karena ngeri atau gemas memang jadi hal biasa yang akan kita temui ketika menonton film tentang zombie yang akhir-akhir ini sering diangkat para sineas perfilman dunia.
Tapi lupakan tentang adegan kejar-kejar antara zombie dan manusia yang selalu jadi adegan mainstream itu, karena dalam The Girl with All The Gifts adegan tersebut akan sangat sedikit sekali kita temui. Film besutan sutradara, Colm McCarthy ini menyajikan film zombie yang berbeda dari yang lain. Semacam pencerahan, The Girl with All The Gifts bisa dijadikan pilihan yang tepat terutama bagi mereka yang anti dengan kengerian film zombie.
Film yang diangkat dari novel dengan judul yang sama karya M.R Carey ini mengisahkan tentang seorang anak bernama Melanie (Sienna Nanua) yang menghabiskan sepuluh tahun hidupnya didalam bunker sebuah Pusat Penelitian. Melanie dan kurang lebih 20 anak kecil lainnya adalah objek dari sebuah penelitian untuk menemukan formula penangkal infeksi jamur, Ophiocordyceps unilateralis yang mampu mengubah makhluk hidup menjadi zombie atau hungries (sebutan untuk zombie di film ini).
Jadi objek penelitian dan menghabiskan seluruh hidupnya berada dalam pengasingan membuat Melanie dan anak-anak lainnya tidak pernah mengenal bahkan membayangkan tentang kehidupan dunia luar. Satu-satu hal yang membuat mereka bahagia adalah ketika sesi pelajaran yang diberikan oleh seorang guru wanita, Helen Justineau (Gemma Arterton). Lewat Justineau lah anak-anak tersebut mendapat pelajaran layaknya anak-anak normal seusianya.
Malapetaka muncul ketika infeksi jamur tersebut semakin meluas penyebarannya. Apalagi ketika sekumpulan hungries lapar mendesak masuk kedalam Pusat Penelitian dan berhasil membunuh sebagian besar para tentara yang menjaga tempat itu. Hanya sedikit orang yang berhasil selamat, termasuk Sersan Eddie Parks, prajurit Kieran Gallagher, Dr Caroline Caldwell dan Ibu Guru Justineua yang secara tak diduga diselamatkan oleh Melanie.
Dr Caroline Caldwell, Helen Justineua, Sersan Eddie Parks, prajurit Kieran Gallagher,| Koleksi Feat Pictures
Melarikan diri jelas jadi satu-satu jalan untuk dapat bertahan hidup dari para hungries. Namun, dengan perbekalan dan senjata yang minim, hal tersebut hampir mustahil dapat dilakukan apalagi ketika mereka dihadapkan pada pilihan untuk masuk ke kota mati yang seluruh warganya telah berubah menjadi hungries.Satu-satunya harapan yang dimiliki oleh keempat manusia yang berhasil selamat itu adalah Melanie.Sekilas, The Girl with All The Gifts memang menyajikan inti cerita yang sangat umum, yakni bagaimana para pemeran bertahan hidup dari serangan para pemangsa. Ketegangan yang perlahan berusaha dibangkitkan lewat perjalanan para survival tersebut di kota mati penuh zombie memang berhasil dilakukan secara apik oleh McCarthy, tentu saja tanpa melibatkan banyak adegan kebringasan dan darah bercucuran khas film zombie lainnya.
Pada paruh kedua film para penonton baru akan mendapatkan perbedaan mencolok yang jadi pembeda sekaligus kekuatan film ini. Anomali hubungan antara Melanie dan Justineus yang merepresentasikan hubungan pemangsa (hungries/zombie) dengan mangsa (manusia) sukses membuat kita berpikir bahwa, empati dan keinginan untuk melindungi seseorang yang kita sayangi bisa muncul jauh lebih kuat hingga dapat mengalahkan apapun. Sosok Melanie, seolah hadir untuk menepis opini general tentang sifat umum pemangsa yang buas dan tak kenal kompromi.
Sayangnya setelah penonton seolah mendapati perbedaan dan anomali tersebut, McCarthy justru menghadirkan alur cerita yang membosankan dan mudah tertebak. Bahkan eksekusi diakhir film menurut saya terlalu datar dan membuat keinginan untuk menonton sekuel menguap seketika.
Film Zombie Tanpa Adegan Aksi Menegangkan = Mudah Dilupakan?