Lihat ke Halaman Asli

Mutia AH

Penikmat Fiksi

Puisi: Seandainya Aku Menjadi Malam

Diperbarui: 25 November 2020   17:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi menunggu ketika malam. (sumber: pixabay.com/StockSnap)

tanpa alasan

Seandainya aku menjadi malam
aku ingin teriak dan berontak
kenapa selalu dipersalahkan?
atas hilangnya senja atas kegelapan yang menelan maya pada

tak sadarkah wahai para petualang
hadirku istirahatkan lelahmu mengarungi lautan juang
Lelapkanmu dalam tidur paling tenang
mimpikan bintang terang dalam genggaman

Karenaku, kau dapat berbincang dengan kesunyian
hadirkan kenangan di pucuk-pucuk kepala
kemudian keluar memenuhi ruang-ruang kosong dengan petuah dari perenungan masa yang terlewat percuma

karenaku, kau dapat rasakan betapa hangatnya selimut kasih sayang
hati kembali dari perjalanan meraih ingin yang tak pernah berhenti bagai semilir angin

aku yang semakin pekat
akan membawamu semakin dekat
pada binar fajar
tunggulah!
sebentar lagi gelapku memudar
maka, bukalah kedua matamu
lihatlah kehadiranku kembali hilang
dan temukanmu pada satu kesempatan

Ruji, 24 November 2020

ilustrasi pribadi




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline