Kearifan lokal merupakan keunggulan budaya masyarakat setempat maupun kondisi geografis dalam arti luas (Simanjuntak, 2014: 115). Kearifan lokal juga merupakan perwujudan budaya yang seharusnya terus dijadikan pedoman dan pegangan hidup oleh masyarakat. Salah satu contoh dari kerifan lokal yang ada di Indonesia adalah "wayang suket", sebuah hasil kebudayaan asli dari Kabupaten Purbalingga.
Keunikan anyaman wayang suket yang terbuat dari rumput kasuron inilah yang membuat kreasi buatan Badriyanto, warga Desa Wlahar, Rembang, Jawa Tengah mendapatkan tempat tersendiri di mata para pecinta wayang bahkan berhasil dikenal oleh dunia. Terbukti dengan datangnya pesanan dari Jerman dan Perancis yang memesan tokoh Pandawa Lima kepada Badriyanto.
Wayang suket sebagai hasil atau karya yang sangat luar biasa karena mampu menghadirkan kekhasan wayang kulit dalam wayang yang hanya berbahan dasar suket(rumput).
Sejalan dengan berkembangnya zaman, banyak masyarakat Purbalingga yang terbuai dengan apa yang globalisasi tawarkan sehingga rasa memiliki terhadap budayanya, khususnya wayang suket semakin terlupakan.
Namun ironisnya, wayang suket merupakan salah satu di antara 75 wayang yang telah atau hampir punah. Hal ini dikarenakan oleh berbagai macam faktor, antara lain kurangnya perhatian pemerintah dan perkembangan zaman yang telah membawa perubahan peradaban serta kebudayaan, sehingga mempengaruhi minat masyarakat terhadap seni pertunjukkan wayang dan upaya pelestarian ataupun gagasan untuk mengembangkan eksistensi wayang.
Wayang suket yang semakin terlupakan dan mengalami kelangkaan generasi pewaris, sehingga terancaman punah. Hal inilah yang dikhawatirkan jika masyarakat khususnya generasi muda di Purbalingga tidak dikenalkan dengan wayang suket, padahal banyak orang dari luar negeri justru menyukai dan mempelajari wayang suket. Apabila keadaaan ini dibiarkan terus menerus maka tidak menutup kemungkinan wayang suket akan diklaim oleh negara lain. Hali tersebut disebabkan karena para generasi muda malu untuk mengakui bahwa kesenian wayang suket merupakan kesenian asli Purbalingga.
Pelestarian budaya asli Purbalingga agar tetap tumbuh dan dapat dipelajari oleh generasi selanjutnya memerlukan upaya konkret. Upaya tersebut harus mampu menyentuh langsung terhadap sasaran yang diinginkan yaitu generasi muda. Upaya tersebut antara lain : (1) menjadikan wayang suket sebagai ikon Kabuapten Purbalingga dengan dijadikan cinderamata; (2) memasukkan wayang suket ke dalam kurikulum pendidikan formal sehingga sangat memungkinkan untuk mengakomodasi wayang suket sebagai materi kontekstual dalam pelajaran muatan lokal.
Untuk mewujudkannya memang membutuhkan komitmen dan kerjasama serta kolaborasi antara pegiat seni atau seniman, pemerintah, pihak sekolah, dan tentu saja masyarakat Kabupaten Purbalingga, sehingga potensi wayang suket sebagai warisan budaya asli kabupaten tersebut mampu dikembangkan dan menjadi kebanggaan bersama.