Lihat ke Halaman Asli

Ayam Pengemis, Legenda Kuliner Khas Hangzhou

Diperbarui: 19 Januari 2017   21:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini ni bentuk ayam pengemis (foto dindin)

Lain lubuk lain belalang, lain daerah lain penganan khasnya. Jika di Huangsan saya bisa mencicipi unik lezatnya chou dofu atau tahu busuk, di Hangzhou saya berkesempatan menikmati uniknya kuliner ayam pengemis.

Hangzhou Terletak di Provinsi Zhejiang,Tiongkok Timur  sekira 179 km barat daya Shanghai. Hangzhou juga terkenal karena  iklimnya yang sejuk, nyaman dan  pemandangannya juga bagus. Konon ada pepatah Tiongkok yang menyatakan, Jika di atas adalah surga, maka di bawah adalah Hangzhou dan Suzhou.  Bahkan dahulu pelaut Marco Polo yang   sempat singgah di kota ini  mengatakan,  bahwa Hangzhou adalah kota yang paling indah di dunia.  

Selain terkenal sebagai penghasil  sutera  terbesar di Tiongkok, Hangzhou juga memiliki banyak destinasi menarik yang sayang dilewatkan seperti Danau  Barat Xi Hu, Pagoda Leifeng,  Kuil Lingyin, Longjingshan Cultural  Tea Village, dan masih banyak lagi.

Kota Hangzhou memang memiliki sejarah panjang tentang pengolahan teh. Menurut banyak catatan, masyarakat kota ini sudah sejak seribu tahun yang lalu telah membudidayakan dan mengolah teh menjadi minuman seperti sekarang ini.  

Ayam Pengemis

Nah saat mengunjungi Longjingshan Cultural  Tea Village saya dan rombongan mampir ke resto klasik  yang unik. Seperti biasa, selama di Tiongkok kami  selalu makan bersama dalam satu meja. Saya sampai hapal runtutannya. Pramusaji biasanya akan mengeluarkan minuman terlebih dahulu, kemudian disusul nasi, sayur, dan lauk pauknya.

Menu yang disajikan hampir selalu sama; nasi, sayur brokoli, sawi putih, jamur, bebek panggang, dan beberapa masakan lain.

“Di resto ini ada menu khas yang tidak ada di tempat lain. Lihat saja nanti” Ahsan tour guide kami menjelaskan.

Kami semua penasaran. Sepertinya semua pesanan sudah ada di atas meja. Namun Ahsan meminta kami untuk menunggu. Dan sejurus kemudian  sang pramusaji   membawa nampan terakhirnya.

“Nah, ini dia. Ini yang dinamakan ayam pengemis. Rasanya lezat sekali” Ahsan meyakinkan.  

Saya mengamati bungkusan yang terhidang. Hmm.. baunya cukup menggoda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline