Lihat ke Halaman Asli

Musa Hasyim

TERVERIFIKASI

M Musa Hasyim

Latih Anak dengan "Ceramah by Doing" Bukan "Doing by Ceramah" di Bulan Ramadan

Diperbarui: 2 Mei 2021   20:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Ceramah by Doing orang tua pada anaknya tentang menjaga keseimbangan alam. Sumber: unsplash.com/@svalenas

Pepatah bilang buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Arti sederhananya adalah sang anak akan berperilaku tak jauh berbeda dari orang tuanya kecuali buah itu diambil oleh monyet lalu dibawa pergi jauh-jauh dari pohon asalnya. Mantra ini sudah tertanam di otak dan turun-temurun dipegang secara kuat oleh generasi ke generasi.

Tidak ada yang salah dari kata-kata tersebut karena anak-anak akan meniru apa yang orang tua lakukan. Anak-anak akan merekam apa saja yang orang tua lakukan kemudian dari memori terciptalah sebuah aksi. Tapi kita tidak tahu, bisa jadi anak-anak akan meniru tingkah laku dari circle pertemanannya atau tetangganya yang mungkin toxic atau memberi pengaruh buruk. 

Mirip dengan analogi buah jatuh yang diambil monyet lalu dimakan dengan jarak cukup jauh dari pohon asalnya. Tapi sebelum jauh pada kesimpulan ini, mari kita simak dulu apa betul anak-anak akan meniru tingkah laku orang tuanya.

Sedari kecil, anak akan terus dijejali dengan petuah-petuah dan nasihat jitu. Telinga anak sampai kepanasan disuruh ini, tidak boleh itu, kalau begini nanti masuk neraka, kalau begitu nanti dimakan setan, dsb. Cara ini tidak salah namun jika keterusan maka bisa-bisa anak justru akan memberontak.

Nabi Muhammad saja tidak setiap hari berceramah tentang surga dan neraka. Ada kalanya Nabi beristirahat dari tugas menyerukan kebenaran lewat kata-kata tapi Nabi tidak pernah berhenti mencontohkan perbuatan baik lewat tindakan nyata. Makanya Hadis disebut bukan perkataan Nabi saja tapi juga berkaitan dengan perbuatan dan ketetapannya.

Nabi Muhammad tidak menyuruh umatnya untuk hidup miskin atau tanpa harta benda. Namun di kehidupan sehari-hari, Nabi Muhammad tidak begitu terbutakan oleh harta benda. Padahal logikanya, jika Nabi Muhammada sudah memiliki ribuan pengikut pada waktu itu, dan didaulat sebagai pemimpin, beliau bisa saja mendapatkan harta dan tahta yang menumpuk.

Tapi Nabi Muhammad memilih hidup dengan sederhana, tidak terbuai oleh kenikmatan dunia tapi tidak pula meninggalkan kehidupan dunia. Nabi Muhammad tetap berinteraksi dengan masyarakat dari semua kalangan tanpa perlu berceramah ini dan itu setiap hari untuk mengajak umatnya hidup sederhana dan bergaul dengan siapa saja.

Saya sendiri mengalami momen seperti ini, sewaktu kecil orang tua tidak pernah menasihati atau mencermahi saya untuk tidak mencuri atau menyuruh untuk berbagi. Tapi orang tua langsung mengaplikasikannya dengan mendirikan yayasan misalnya, lagi-lagi dari yayasan orang tua mencontohkan perbuatan saling kasih dengan memberi.

Tindak laku tersebut tertanam sampai akhirnya saya terjun di dunia kerelawanan di kampus.  Secara tidak langsung, orang tua terus berbicara pada saya untuk terus berbuat kebaikan antar sesama. 

Istilah ini sering dikenal dengan sebutan "learning by doing" belajar sesuatu dari mengerjakan sesuatu. Sebutan ini berlaku pada seluruh umat manusia di muka bumi. Namun karena temanya Ramadan, saya mengubahnya dengan "ceramah by doing."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline