Lihat ke Halaman Asli

Musa Hasyim

TERVERIFIKASI

M Musa Hasyim

Alasan Majalah Charlie Hebdo Ludes dalam Sehari Pasca Mencetak Ulang Kartun Nabi Muhammad

Diperbarui: 6 September 2020   13:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Majalah Charlie Hebdo, sumber: AFP via kompas.com

Bukan hanya Indonesia yang tengah menghadapi gelombang intoleran. Di belahan bumi Eropa pun sama-sama menghadapinya.

Padahal kita tahu sendiri bahwa kita masih sama-sama menghadapi gelombang virus yang belum ada tanda-tanda akan berhenti dalam waktu dekat.

Gelombang intoleran di Eropa ini mulanya diawali di negara yang katanya paling bahagia di dunia, yakni Swedia dan Norwegia. Mereka menolak Islam untuk masuk ke negara mereka setelah banyak imigran menuntun banyak hal kepada otoritas Eropa.

Aksi demonstrasi sempat ricuh, dan polisi turun tangan untuk menghadapi massa yang tidak sedikit jumlahnya.

Kini setelah Swedia dan Norwegia masih dibayang-bayangi gelombang intoleran, muncul lagi di belahan Eropa lainnya, Perancis.

Adalah majalah Charlie Hebdo yang dulu sempat heboh karena menerbitkan ulang kartun satir bergambar Nabi Muhammad. Sebuah tindak intoleran yang dibalas dengan aksi intoleran lainnya di beberapa tahun silam.

Pasalnya pada tahun 2015 terjadi penembakan di kantor majalah Charlie Hebdo dan menewaskan 12 kru majalah. Tak ada asap tanpa api, kemarahan terorisme ini dipicu oleh kartun yang bergambar Nabi Muhammad.

Setelah 2015 berlalu, Perancis harusnya belajar dari masa lalunya. Namun bukannya belajar, Perancis malah terkesan ingin menyulut api lagi.

Namun kenapa masyarakat Eropa justru sangat penasaran dengan kartun Nabi Muhammad setelah diterbitkan ulang, sampai-sampai mereka berbondong-bondong untuk membeli majalah tersebut sehingga ludes dalam sehari. Sebuah prestasi bagi perusahaan karena dapat cuan tapi sebuah kegagalan bagi dunia.

Pihak majalah Charlie Hebdo malah mengatakan bahwa kartun itu adalah bagian dari kebebasan berekspresi atau berpendapat di tengah publik. Mereka juga ingin agar para generasi baru mengetahui pesan satir apa yang sebenarnya ada di balik pembuatan kartun tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline