Lihat ke Halaman Asli

Gigih Mulyono

Peminat Musik

Hembusan Angin Cemara Tujuh 27

Diperbarui: 11 Juni 2018   16:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

*Hembusan Angin Cemara Tujuh 27*

Aneka warna pakaian yang dikenakan para mahasiswa baru di awal kuliah pagi ini. Ada yang berpakaian ala formal Internasional, setelan jas berdasi, saputangan nyembul sebagian di saku kiri jas. Sebagian dengan pakaian kasual santai, ada juga yang menyandang kostum khas negara masing masing; bergamis, koko China, topi ala Afrika dan tentu saja Wikarya, Sutopo, Deni dengan bangga mengenakan batik terbaik mereka.

Demikian juga para mahasiswa wanita , ada yang berbusana formal, kasual dan pakaian lainnya.

Dan, beberapa ladies dari Amerika Latin itu tampil paling menyolok dan seronok.

Suasana kelas itu penuh warna, modis dan gaya.

Prof Kim dari Korea Selatan, adalah dosen tamu pertama yang akan mengajar pagi ini. Selama seminggu penuh ke depan, sesi pagi dan sesi sore Prof Kim akan memberikan mata kuliah Ekonomi. Dan akan ditutup dengan ujian hari Senin depan.

Mengikuti dan melihat gaya Prof Kim membawakan  kuliah ini, Sutopo tak kuasa terkenang belasan tahun lalu mengikuti kuliah yang mirip di Bulak Sumur.

Terkenang mengikuti kuliah Pengantar Ekonomi yang diberikan Prof  Dr Mubyarto, guru besar muda yang smart dan menarik dalam membawakan kuliahnya. Terkenang, pak Muby sering menyampaikan kalau ilmu Ekonomi itu ratunya ilmu sosial. Karena pelajaran Ekonomi banyak menggunakan Mathematik dalam uraian dan penjelasannya. Sehingga hasil analisisnya akan lebih pasti dibanding analisis ilmu politik, Hukum dan ilmu sosial lainnya.

Meskipun ini dibantah, ketika diskusi tentang Ratu Ilmu Sosial ini dengan Kinanti. Kinanti berargumen ada istilah *Ceteris Paribus* dalam ilmu Ekonomi, artinya ada asumsi bahwa faktor faktor lainnya tidak berubah, padahal dalam kenyataan faktor lain itu pasti berubah.

Menurut Kinanti, hasil analisi ilmu Psikologi malah lebih memberikan kepastian, karena melalui rangkaian penelitian dengan ilmu Statistik yang canggih.

Kala itu, mereka sepakat untuk tidak bersepakat, mengenai siapa yang pantas menjadi Ratu ilmu Sosial. No matter lah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline