Lihat ke Halaman Asli

Ibra Alfaroug

TERVERIFIKASI

Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Doa pada Bunga Kopi dan Musim Kemarau

Diperbarui: 4 September 2021   07:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrated by: coffeeland.co.id

Bunga kopi dibulan Juni dan Juli. Memutih diantara hijaunya daun-daun saat musim bunga tiba. Indah dan harumnya aroma khas kopi, cita rasa kami asa petani.

Dalam do'a tersemat satu harapan, semoga bunga kali ini dapat bertahan dari guyuran air hujan dan jamur penggerek ranting dan dahan.

Hujan dibulan Agustus semoga berakhir. Doa kami, untuk bunga kopi dapat tumbuh menjadi putik lalu menjadi buah kopi yang bulat dan utuh. Hijau, menguning lalu menjadi bewarna merah.

Bunga tidak luruh atau gugur hingga jadi berbuah karena tetesan hujan yang mulai membasahi bumi sepanjang hari, bisa merusak mimpi-mimpi kami.

Hujan, kami bukan benci padamu. Tapi asa dan rasa kami terlalu besar pada bunga kopi ini. Berharap wajah mentari tidak tertutup sang awan hitam, mendung dapatlah terang untuk saat ini.

Biarlah redup asalkan hujan tidak terus menguyuri tanaman kopi yang sedang mekar berbunga indah. Karena bunga untuk kali membutuhkan lebih banyak terang daripada gelap karena akan turun hujan.

Untuk membalas keringat, airmata, dan jerih payah kami. Saat panen tiba. Buah kopi sebanding perjuangan dan pengorbanan lelah kami. Doa yang selalu kami panjatkan.

Mentari bersinarlah, berikan cahayamu tuk menyinari kopi-kopi kami yang sedang berbunga. Agar harapan ditahun depan, mendapatkan apa yang kami citakan.

Musim panas, ya musim kemarau untuk saat ini saja, dan juga disaat musim bunga kopi membutuhkan lebih banyak sinar cahaya sang Mentari. Ini saja.

SALAM

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline