Lihat ke Halaman Asli

Ibra Alfaroug

TERVERIFIKASI

Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Habibie Riwayatmu Kini dan Nanti

Diperbarui: 13 September 2019   07:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrated by: disway.id

Secarik, yang kuketahui tentang mu, Pak Habibie?

Presiden ke-3 RI adalah Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie. Memerintah sejak 21 Mei 1998 sampai dengan 20 Oktober 1999. Lahir di Pare-pare, Sulawesi Selatan tanggal 25 Juni 1936. Menyelesaikan SMA dan perguruan tinggi di Bandung.

Sekolah di ITB tidak dilanjutkan setelah memperoleh beasiswa di Technise Hochehule, Achen, Jerman dan lulus cumlaude untuk jurusan konstruksi pesawat terbang sebagai Dipl.Ing. Pada tahun 1960.

Pada tahun  1965, ia meraih gelar Doctor Ing. Dengan predikat summa caulaude. Ia pernah menjadi Wakil Presiden dan Direktur Teknologi Messerschmit Boelkow Blohm, sebuah industri pesawat di Hamburg, Jerman.

Keberhasilan pendidikan tersebut menjadikan ia dipanggil Presiden Soeharto pulang ke Indonesia pada tahun 1974.

Selanjutnya ia menduduki berbagai macam jabatan penting, diantaranya sebagai penasihat Presiden RI, memimpin Divisi Advanced Technologi Pertsmina (BPPT), merintis industri pesawat terbang di Bandung.

Ia berhasil membuat pesawat pertama Indonesia CN 235. Menjadi Menteri Riset dan Teknologi, Dirut IPTN, Dirut PT PAL, Ketua BPPT. Dan lain-lain.

Prof. Dr. Ing. Bacharuddin Jusuf Habibie, Wakil Presiden ketujuh Republik Indonesia periode 1998-2003. Ia hanya menduduki jabatan Wakil Presiden sekitar 2 bulan, dan menggantikan presiden Soeharto yang dipaksa mundur oleh rakyat. Pada tanggal 21 Mei 1998, ia pun menjadi Presiden RI.

Pada tanggal 20 Oktober 1999 ia pun meletakkan jabatan Presiden setelah pidato pertanggung jawabannya tidak diterima oleh Sidang Umum MPR 1999.

Tidak Gila Kuasa, Tapi memiliki cinta yang besar buat Bangsa Ini

Setelah berakhir masa ke Presidennya, Pada tanggal 20 Oktober 1999. Ketika pidato pertanggung jawabannya dalam  Sidang Umum MPR tidak terima, ia tidak berkecil hati dan menerima dengan jiwa yang lapang. Dan tidak menjadikan permasalahan tersebut sebagai kekecewaan, lalu bersifat dendam yang mesti dibalas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline