Lihat ke Halaman Asli

Ibra Alfaroug

TERVERIFIKASI

Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Beda Didikan Dahulu dan Sekarang

Diperbarui: 14 Mei 2019   08:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrated by; pinterpolitik.com

Hening dalam kegelapan malam ditemani cahaya Bulan dan Bintang, Samar-samar terhalang oleh Awan. Waktu itu, listrik belum masuk di Perkampungan. Lampu kaleng menerangi dan menghiasi dinding rumah penduduk.

Suara Jangkrik, suara Kodok dan gonggongan Anjing bersahutan bak irama indah pengantar tidur. Canda Tawa muda-mudi di pelataran jalan dan petikan gitar berisik mengusik! Gendang telinga. Inilah cerita malam di Perkampungan. 

Tak ada tontonan bioskop seperti diperkotaan, kecuali layar Televisi bewarna Hitam Putih milik tetangga yang menyala menggunakan AKI, beruntung kalau AKI-nya telah di Cas di Pasarkota, kalau tidak! Selamat bermimpi,tidur dan Selamat Pagi kembali.

Dongeng malam Si Bujang Kurap, Sepahit Lidah dan Semato Empat, Malin Kundang dan sebagainya masih terngiang dalam ingatan. Kata Tabu atau Pamali sangat kental, tidak boleh berujar ketika makan, tidak boleh menyulam di waktu malam, duduk di depan pintu, bersiul di malam hari bahkan todak boleh keluar bila waktu Magrib telah tiba. Seakan punya Arti yang sangat dalam!. 

Inilah cerita dimasa lalu yang berangsur-angsur mulai hilang di masyarakat perkampungan. Pemandangan-pemadangan ini telah berubah dan menjadi sebuah kelangkaan. Ditahun tahun 2000-an kebawah penomena seperti ini masih ada. Tapi, saat ini seakan hengkang ditelan zaman.

Ada beberapa nilai positif yang dizaman itu menurut saya pribadi khususnya kalau dikomparasikan pada saat sekarang. Dan menjadi rujukan bagi generasi mileneal dan para orang tua untuk mengambil titik merah yang baik untuk dipertimbangkan.

KARYA DARI IMAJINASI KECIL

Tak ada permainan aneh seperti saat ini. Hanya permainan sebagai anak Kampung, permainan Kampungan. Main kelereng, main petak umpet, layang-layangan, kapal-kapalan, gasing kayu, mobil-mobilan kayu dan sebagainya. Dan itu karya tangan kacil mereka sendiri dan tidak dibeli.

Kecakapan berimajinasi dan membuat alat bermain sendiri. Mobilan kayu yang dibuat walau hanya sebilah kayu dan papan yang dikasih roda dari sandal bekas yang dirakit sedemikian rupa. Cambuk Kuda Kepang dari pelepah pisang atau daun nanas, pedang-pedangan, meriam bambu yang sering dimainkan ketika bulan puasa dan masih banyak lagi lainnya.

Mandi di sungai setelah pulang sekolah dan berhenti bermain ketika waktu Ashar tiba. Kesemuanya sangat asyik dan menyenangkan. Tidak aneh di usia ini anak-anak kampung waktu itu sudah  pandai berenang di sungai tanpa harus les ataupun privat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline