Lihat ke Halaman Asli

Mukhlis

TERVERIFIKASI

Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Melayat pada Puisi

Diperbarui: 17 November 2023   16:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: Pixabay 

Oleh: Mukhlis, S.Pd., M..Pd.

Pagi tadi selepas subuh menggenggam malam
Dengan koko warna gelap  
Kulayat tetesan kusam  pada teratak kamar
Kain  putih membungkus  ikatan rima dan nada


Harumnya petuahmu ,
Merembes  lewat celah pengantar kesah
Mayat -mayat puisiku   membujur kaku dalam keranda pagi itu

Aku telah mati dalam dengusan napas  
Cairan pena membeku  dalam genggaman
Tenda pesakitan tumbuh di beranda karya

Wahai kawan...
Puisiku telah mati bersama luka dalam jiwa
Pisau bermata dua,
telah mengguliti setiap inci dari tanda bersemayam
Jalan tertatih,
Darah berceceran membasuh luka

Kawan...
Aku sedang berduka
Aku sedang menangis darah
Aku  hilang bentuk

Pisau-pisau itu kawan!
Memenggal diksi dan tipografi
Menyeret makna ke hulu  tak bertepi
Kanvasku terbelah dua hadapan
Ke timur aku tersesat
Ke barat aku melayat

Pecundang  pingsan
Karena rertawa menunda napas
Aksaraku diaduk dalam badai

Lhokseumawe, November 2023




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline