Di sebuah kota kecil, Dika, seorang mahasiswa tingkat akhir, pindah ke sebuah kost-kostan murah di ujung gang yang terkenal angker. Pemiliknya, Pak Jaya, hanya berpesan satu hal,
"Jangan keluar kamar setelah lewat tengah malam."
Dika, yang seorang skeptis dan tak percaya takhayul, menganggap peringatan itu hanya untuk menakut-nakutinya. Kost-kostannya tampak biasa saja, kecuali satu hal: ada kamar di ujung lorong yang selalu terkunci. Kamar nomor 13.
Hari pertama tinggal, Dika mulai terbiasa dengan suasana sepi di kost tersebut. Kamar yang ia tempati berada di lantai dua, dekat dengan tangga yang menuju lorong panjang.
Di ujung lorong, ada sebuah pintu yang selalu terkunci---pintu kamar nomor 13. Meskipun ada rasa penasaran yang menggigit, Dika memilih untuk tidak terlalu memikirkannya.
Namun, suatu malam yang sepi, saat Dika sedang begadang mengerjakan tugas, perutnya tiba-tiba terasa lapar. Tanpa ragu, ia keluar kamar dan melangkah menuju dapur. Saat melintasi kamar nomor 13, ia mendengar suara lembut, seperti seseorang yang sedang bernyanyi.
Penasaran, Dika mendekatkan telinganya ke pintu kamar itu, dan tiba-tiba pintu sedikit terbuka, memperlihatkan seorang gadis cantik dengan rambut panjang terurai.
"Eh, malam, Mas. Kamu penghuni baru ya?" suara lembut itu menyapa. Dika terkejut, tapi senyuman gadis itu begitu menenangkan. Tanpa bisa menahan diri, Dika pun menjawab, "Iya, baru saja pindah."
Gadis itu memperkenalkan diri sebagai Sari, penghuni lama yang lebih suka menyendiri. Sejak malam itu, mereka mulai sering berbicara di lorong.
Dika merasa nyaman dengan kehadiran Sari, yang meskipun terlihat misterius, selalu mampu membuat Dika tertawa dengan cerita-cerita lucunya.