Lihat ke Halaman Asli

Wabah Membawa Berkah

Diperbarui: 2 Juni 2020   21:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Seperti yang kita ketahui bersama, hadirnya pandemi COVID 19 ini membuat seluruh aktivitas kita menjadi terhenti, atau mungkin lebih tepatnya berganti metode. Jika dulu harus bertarung dengan waktu dan jalanan untuk mencari rezeki dan ilmu, kini kita cukup duduk manis sembari menatap layar komputer. Termasuk saya, yang notabene merupakan mahasiswa semester akhir.

Di semester 6 ini, saya dan teman-teman sekelas diwajibkan untuk membuat laporan karya akhir, sebagai syarat untuk kelulusan. Di awal pengerjaan, semuanya berjalan dengan baik. Datang bimbingan, menulis Bab I dan Bab II, revisi hingga mengumpulkan ke sekretariat, Alhamdulillah kami dapat melaluinya dengan lancar. 

Namun, ketika WHO (World Health Organization) mengumumkan bahwa virus COVID 19 telah menjadi pandemi dan pemerintah memberlakukan kebijakan untuk beraktivitas di rumah, maka seluruh kegiatan akademik pun berpindah ke ranah digital.

Dimulai dari bimbingan, selama masa pandemi ini, saya dan teman-teman mengikuti bimbingan secara online. Meski menemui banyak kendala, seperti gangguan sinyal, mikrofon yang tidak berfungsi dan laptop yang sempat error, namun bimbingan tetap berjalan lancar. Alhamdulillah, kami dapat menyelesaikan Bab III hingga VI dengan baik.

Setelah semua bab beres dan berkas-berkas pelengkapnya sudah dikumpulkan, kami tinggal menghadapi satu tahap akhir. Tahap yang merupakan penentu nasib seorang mahasiswa, apakah ia berhak lulus atau ia harus “memperpanjang kontrak” dengan kampusnya.

Saya sendiri mulai mempersiapkan “amunisi” sepekan sebelum sidang, seperti presentasi, laptop, pakaian, meja, kursi serta ruangan. Saya tidak menemukan masalah yang berarti dalam menyusun slide presentasi. Dengan memanfaatkan salah satu situs desain gratis, saya tinggal menuangkan segala ide ke dalam template yang telah tersedia, kemudian berlatih besama teman-teman satu bimbingan.

Setelah itu, saya pun mempersiapkan laptop. Di tahap inilah kendala mulai bermunculan. Mengingat sidang berlangsung secara online, maka mahasiswa harus memastikan semuanya dalam kondisi siap, termasuk komputernya. Saya sendiri mempersiapkan dua laptop, yaitu laptop kesayangan sejak semester 1 dan laptop dari ayah.

Laptop pertama sebenarnya cukup untuk menyiarkan persidangan secara langsung, namun sewaktu-waktu dapat mengalami hang akibat overheat. Beralih ke laptop kedua, yang boleh dibilang lebih tangguh dari laptop pertama. 

Sayangnya, laptop ini sering mengalami crash, bahkan dapat keluar dengan sendirinya dari website yang sedang dibuka. Nahasnya, hal ini terjadi saat saya mengikuti sidang. Pasca presentasi berakhir, crash pun terjadi dan menyebabkan akun saya log out dengan sendirinya dari sidang tersebut.

Sontak, para penguji pun menjadi panik. Pembimbing, mentor, hingga staf akademik pun langsung menghubungi saya, untuk bertanya mengapa saya log out dari sesi sidang tersebut. Saya pun menjelaskan bahwa terjadi gangguan pada laptop beserta bukti tangkapan layarnya. Beruntung, mereka menerima alasan tersebut dan menyarankan untuk menggunakan ponsel saja. Alhasil, saya pun bisa melanjutkan sidang tersebut.

Akhirnya, setelah melewati sesi tanya jawab, Alhamdulillah, saya dinyatakan lulus, dengan revisi yang harus diselesaikan paling lambat satu pekan dari tanggal sidang. Senang sekali rasanya, seperti menjuarai Liga Champions, walau masih agak shock akibat komputer yang lemot.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline