Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Andi Firmansyah

TERVERIFIKASI

Mahasiswa Ilmu Politik

Darurat Ekoliterasi

Diperbarui: 10 April 2021   16:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita menyiapkan seribu sendok di saat yang kita butuhkan hanyalah satu pisau | Ilustrasi oleh JuergenPM via Pixabay

Pada akhir 2019, World Meteorological Organization (WMO) menyatakan bahwa Bumi telah berada dalam kondisi terpanasnya dalam sejarah. Hal ini diperkirakan akibat tingginya gas rumah kaca yang menjadi penyebab utama adanya pemanasan global. 

Namun, pandemi seakan menjadi hadiah terbaik bagi alam. Bagaimana tidak, alam berhasil lepas dari belenggu manusia, "sang pembunuh" (yang durhaka).

Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih merilis bahwa emisi karbon dioksida dunia tercatat mengalami penurunan hingga 17% akibat karantina Covid-19 yang diterapkan di berbagai negara. Haruskah kita menyambutnya? Justru ini sangat menakutkan!

Pada mulanya, pandemi memang memberikan dampak positif bagi lingkungan. Ironisnya, seiring pandemi mendekati "akhir", pilar lingkungan malah semakin terabaikan, karena pembangunan lebih diprioritaskan untuk mengejar sektor ekonomi yang telah hancur sebelumnya. 

Bukankah ini lucu? Kita seperti melakukan tambal-sulam yang tiada guna. Bahkan, kerusakan lingkungan diduga akan lebih parah karena setiap negara akan berambisi dan dibutakan oleh pembangunan ekonomi secara besar-besaran. 

Padahal, apa jadinya perekonomian tanpa lingkungan yang lestari? Dan apa jadinya kelengkapan fasilitas kesehatan tanpa lingkungan yang bersih? Ini seperti kita menyiapkan seribu sendok, padahal yang kita butuhkan hanyalah satu pisau.

Jalan keluar dari krisis dan bencana lingkungan hidup ini hanya bisa dicapai dengan perubahan radikal dalam pemahaman manusia, dalam cara berpikir dan penilaian manusia. 

Ini tentang sebuah perubahan paradigma mengenai cara berpikir tentang hakikat alam semesta dan perubahan radikal dalam perilaku manusia terhadap alam semesta.

Kita bisa saja menciptakan ratusan jenis mesin daur ulang sampah plastik. Tapi jika penggunaan plastik tidak kunjung menurun, usaha itu hanya akan menjadi "tumpukan sampah" lainnya yang busuk dalam sejarah. Ini benar-benar tidak efektif. 

Apalagi di masa pandemi, orang-orang cenderung menjadi lebih konsumtif akibat online shop yang notabenenya meninggalkan banyak sampah plastik. 

Jika kita ingin mempunyai badan langsing sedikit kalori, cara yang paling efektif bukanlah dengan membeli banyak obat dan alat pelangsing tubuh, melainkan dengan menyadari betapa pentingnya menerapkan gaya hidup sehat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline