Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Poltak Dicekal Hantu Kuburan

Diperbarui: 21 April 2021   06:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Illustrasi dari otosia.com/instagram@vinogbastian

Semasa SMA di Toba, Poltak paling takut kepada hantu.  Padahal dia belum pernah melihat hantu. Hanya mendengar cerita teman-temannya yang mendapat cerita dari teman-temannya.  Tegasnya, ini adalah hantu menurut "katanya."

Poltak memang selalu berharap agar jangan sampai melihat sosok hantu.  Dia takut jatuh cinta, semisal hantu itu berupa gadis cantik yang pandai merayu. Ya, siapa tahu memang ada hantu semacam itu.

Suatu hari Poltak kemalaman selepas belajar bersama di rumah Hotman, teman sekelasnya, di kampung Lumbanhoda.  Itu sebuah kampung pertanian, sekitar tiga kilometer masuk dari jalan raya.  Poltak sendiri tinggal di desa-kota Paritohan, menumpang di rumah amangborunya. Paritohan berada di tepi jalan raya, sekitar dua kilometer dari simpang Lumbanhoda.

"Wah, gelap kali," kata Poltak sambil mengengkol vespa tua pinjaman dari amangborunya.

"Iyalah.  Baru bulan sabit ini."  Hotman menimpali. "Kau tak takut pulang sendiri, kan?  Hati-hati pas lewat kuburan nanti.  Jalannya rusak." 

"Bah. Seram kali. Lewat kuburan."  Poltak membatin, kembut hatinya membayangkan hantu yang tak jelas wujudnya. "Tapi sudahlah.  Tuhanku menemaniku."

Sekitar satu kilometer dari Lumbanhoda ke arah jalan raya, di sebelah kiri jalan, memang ada kuburan warga kampung.  Daerah kuburan itu sepi, tak ada rumah di dekatnya.  Jalan desa berstruktur pasir-batu (sirtu) di bagian itu rusak parah.  Lubang dan batu bergelimpangan di mana-mana.  Kalau tak hati-hati naik motor di situ, bisa nyungsep masuk lobang, atau terpelanting karena menabrak batu.

Memasuki jalan di daerah pekuburan itu, bulu kuduk Poltak mendadak berdiri macam duri landak.  Kesiur angin di wajahnya terasa lebih dingin. Tapi dikuatkannya hatinya, sebab Poltak ingat dia adalah anak muda beriman.

Persis di tengah kuburan itu, vespa tua Poltak tiba-tiba berhenti. Padahal mesinnya hidup.  Poltak merasa ada sesuatu yang mencekal besi jok vespanya dari belakang.  Tapi dia tak berani menoleh ke belakang untuk memastikan.  "Hantuuu ... ," teriaknya dalam hati. Keringat dingin mulai mengucur di punggungnya.  Dia merasa bulu kuduknya  sudah copot semua.

Dia memutar gas vespa di setang kanan. Tapi vespa tetap tidak bergerak.  Kekuatan yang menahannya betul-betul melebihi daya mesin vespa.  Poltak semakin panik. "Tolong aku, Tuhan!" teriaknya dalam hati.

Tiba-tiba dari jalan kecil di sebelah kanan, seorang laki-laki paruh-baya muncul sambil menyalakan geretan.  Poltak semakin panik. Tapi laki-laki itu mendekati Poltak dengan tenang.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline