Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Sebuah Kota yang Dirusak Demokrasi

Diperbarui: 11 Oktober 2020   04:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kericuhan terjadi saat demonstrasi menolak UU Cipta Kerja di kawasan Istana Negara, Jakarta, Kamis (8/10/2020).(KOMPAS.com / KRISTIANTO PURNOMO)

"Demi buruh," seru serak amuk perusuh, "mari kita rusak kota ini."  

Maka halte-halte hancur berkobar, mobil-mobil polisi remuk, pos-pos polisi rata tanah, rambu-rambu lalu lintas rubuh, taman-taman kota  luluh-lantak.  

"Demi demokrasi," seru santun emong gubernur, "hak warga bersuara dilindungi konstitusi."

Maka perusuh perusak halte, mobil polisi, pos polisi, rambu lalu-lintas dan taman kota, bebas lepas merdeka demi konstitusi.

Inilah sebuah kota yang janggal. Tempat gerombolan perusuh, perisak dan perusak dijamu sebagai pahlawan demokrasi.  

"Demi buruh," seru serak amuk perusuh, "mari kita rusak kota ini."

"Demi demokrasi, "seru santun emong gubernur, "kerusakan kota ditanggung pemerintah kota."

Kota ini tersebutlah ibukota.  Tempat perusuhan, perisakan dan perusakan adalah bahasa demokrasi. Karena itu dilindungi konstitusi.  

Hanya di kota ini, kerusakan demi buruh oleh para perusuh dibiayai pemerintah kota. Dari pajak yang dipungut dari para buruh.(*)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline