Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sebuah Kota yang Dirusak Demokrasi

10 Oktober 2020   20:42 Diperbarui: 11 Oktober 2020   04:33 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kericuhan terjadi saat demonstrasi menolak UU Cipta Kerja di kawasan Istana Negara, Jakarta, Kamis (8/10/2020).(KOMPAS.com / KRISTIANTO PURNOMO)

"Demi buruh," seru serak amuk perusuh, "mari kita rusak kota ini."  

Maka halte-halte hancur berkobar, mobil-mobil polisi remuk, pos-pos polisi rata tanah, rambu-rambu lalu lintas rubuh, taman-taman kota  luluh-lantak.  

"Demi demokrasi," seru santun emong gubernur, "hak warga bersuara dilindungi konstitusi."

Maka perusuh perusak halte, mobil polisi, pos polisi, rambu lalu-lintas dan taman kota, bebas lepas merdeka demi konstitusi.

Inilah sebuah kota yang janggal. Tempat gerombolan perusuh, perisak dan perusak dijamu sebagai pahlawan demokrasi.  

"Demi buruh," seru serak amuk perusuh, "mari kita rusak kota ini."

"Demi demokrasi, "seru santun emong gubernur, "kerusakan kota ditanggung pemerintah kota."

Kota ini tersebutlah ibukota.  Tempat perusuhan, perisakan dan perusakan adalah bahasa demokrasi. Karena itu dilindungi konstitusi.  

Hanya di kota ini, kerusakan demi buruh oleh para perusuh dibiayai pemerintah kota. Dari pajak yang dipungut dari para buruh.(*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun