Lihat ke Halaman Asli

Mohammad Rasyid Ridha

Bukan siapa-siapa namun ingin berbuat apa-apa

Dahsyatnya Kolaborasi Hati dan Lidah

Diperbarui: 8 Januari 2019   17:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat hati dan lidah bersatu adalah momen yang bisa mengubah segalanya, dari yang sebelumnya tidak ada menjadi ada, dahsyat sekali akibat yang ditimbulkannya. Belum percaya dan butuh bukti? Bagi anda yang sudah menikah pasti ingat ucapan ini "saya nikahkan kamu dengan putriku.... " (dibacakan wali mempelai wanita) yang kemudian dijawab dengan ucapan pengantin pria: "Saya terima..."

Jika sudah dilakukan ijab kabul seperti mengucapkan perkataan di atas dan didasari niat baik dari hati, serta dihadiri dua saksi laki-laki atau diumumkan (diketahui halayak), maka nikahnya sah. Tentu setelah terikat dengan pernikahan maka seorang pria akan memikul tanggung jawab sebagai suami sementara si wanita mempunyai tanggungjawab yang tidak kalah berat sebagi istri. Hubungan di antara si pria dan wanita pun telah menjadi sah, halal dan legal. Hanya cukup mengucapkan ijab kabul maka muncullah sebuah keluarga baru, awal kehidupan perkawinan di antara dua orang manusia.

Pun sama halnya ketika seseorang berniat menjadi seorang muslim. Hanya cukup berniat dan mengucapkan dua kalimat syahadat "Asyhadu an-laa ilaaha illallaah Wa asyhadu anna Muhammadan rasuulullaah", Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah rasul (utusan) Allah, maka seseorang sudah sah menjadi seorang muslim. Setelah sah menjadi seorang muslim maka sudah menjadi kewajibannya untuk menjalankan aturan-aturan agama yang dianutnya.

Jadi dalam perjalanan hidup ini, seberapa jauh kita telah memahami kekuatan akan ucapan dan niat, antara hati dan lidah. Kadang kala ada ucapan tanpa niat, namun sudah membuat orang salah paham bahkan tersakiti, padahal niatnya hanya bercanda. Ada pula yang sudah meniatkan sesuatu kebaikan untuk disampaikan pada orang lain namun belum sempat mengucapkannya sehingga kebaikan itu hanya bersemayam dalam hati untuk selama-lamanya.

Imam Al Ghazali pernah mengatakan yang paling tajam adalah lidah. Lidah lebih tajam daripada pedang. Ada pepatah yang mengatakan "Kalau pedang melukai tubuh ada harapan akan sembuh, tapi kalau lidah melukai hati kemana obat hendak dicari". Efek merusak dari tajamnya lidah berupa lisan dan ucapan yang menyakitkan sangatlah tinggi. Bahkan saking tingginya bisa memutuskan hubungan persaudaraan dan tali silaturahmi antar saudara. Tidak jarang gara-gara lidah sampai tiga turunan antar keluarga saling bermusuhan dan membenci.

Sementara untuk urusan hati, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)" (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).

Jadi bisa dibayangkan apabila lidah dan hati bersekutu untuk menjalankan suatu niat buruk, maka betapa dahsyat kerusakan yang akan ditimbulkannya. Sebaliknya apabila keduanya berkolaborasi dan saling berharmonisasi mewujudkan suatu kebaikan, maka insya Allah akan menjadikan suatu amal saleh yang luar biasa. Oleh karenanya mari kita berlatih membersihkan hati, sehingga hati kita hanya akan mengeluarkan inisiatif kebaikan. 

Jangan sampai kemudian hati kita rusak dan yang muncul inisiatif jahat dan buruk semua. Selain itu mencoba untuk menahan ucapan sehingga hanya perkataan-perkataan yang baik saja yang akan keluar dari mulut kita menjadi penting untuk diterapkan. Kolaborasi antara hati yang bersih dan lidah yang terjaga bisa membawa kebaikan yang tidak terkira.

MRR, Cbn-08/01/2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline