Lihat ke Halaman Asli

Mancing

Diperbarui: 6 Desember 2020   11:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar IDN Times

Seri Cerpen Bersambung ANAK KOLONG

MANCING

Oleh: Mohamad Ikhwanuddin

“Aku dapat ikan...”, teriakku sambil mengangkat joran pancing dengan senar yang tegang oleh tarikan tawes besar. Dua jam berlalu akhirnya kailku di sentuh ikan. Dengan wajah berbinar ku lepaskan kail yang menyangkut di mulut Tawes. Sedikit sentakan akhirnya kail terlepas dari mulutnya. Tawes menggelepar-gelepar di tanah seakan tak rela aku yang mendapatkannya. Segera ku masukan ke dalam kepis yang terbuat dari anyaman bambu.

Suasana hening...

Aku tidak melihat sahabatku yang lainnya, Ali, Yoyok dan Didin. Dimana gerangan mereka berada?

Ah...sudahlah, mungkin mereka mencari tempat teduh yang banyak ikan bergerombol disana. Seperti biasa kita berempat pergi dan pulang selalu bersama, namun berpencar saat memancing. Teman-teman memanggilku Pung atau Japung. Kata orang tuaku, Japung itu kepanjangan dari Jawa Lampung. Penduduk desaku seluruhnya purnawirawan angkatan laut yang sebelum pensiun transmigrasi ke daerah ini. Untuk mengabadikan kelahiranku namun tidak meninggalkan identitas asal, aku diberi nama Japung.

“Yoyok…?”

“Didin…?”

“Ali…?”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline