Lihat ke Halaman Asli

mohamad bajuri

Seorang guru bloger

Etika Memandang Orang Lain

Diperbarui: 18 April 2022   12:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Sudah menjadi kebiasaan umum bahwa pakaian menjadi tolok ukur menilai seseorang. Orang bisa dikatakan baik atau jahat berdasarkan pakaian yang dikenakan. Kalau ada orang yang berpakaian necis dan rapih ditambah dengan tutur kata yang sopan, pikiran kita langsung menyimpulkan bahawa orang itu adalah baik. Sebaliknya apabila ada orang dengan pakain kumal tanpa berpikir panjang mengklaim bahwa orang itu jahat. 

Hati dan pikiran kita sering tertipu pada apa yang nampak oleh indera penglihatan. Padahal baik dan buruk manusia itu terlihat dari perangainya, dari hatinya. Penampilan dan budi bahasa yang dinampakkan oleh seseorang tiak bisa dijadikan ukuran untuk menilai seseorang. 

Lebih parahnya lagi kadang pikiran kita bermain terhadap kondisi orang tersebut. Tidak jarang kita memaki-maki, mengumpat orang yang dianggap tidak sesuai dengan aturan norma. Misalkan saja ketika mata kita menangkap pemandangan seorang perempuan cantik yang berpakain seronok ditepi jalan. Dengan serta merta hati kita mengutuk perbuatan orang tersebut.

Hati kita malah sibuk memikirkan orang tersebut, mencari alasan mengapa orang tersebut bisa berbuat seburuk itu. Bagaimana itu bisa terjadi, Bagaimana perasaan ibunya jika mengetahui anaknya bertingkah seperti itu dan sebagainya. 

Sebaliknya ketika kita melihat orang yang rapih dan menarik hati lantas menilai kalao dia adalah orang baik.  Tanpa berpikir panjang lagi langsung mengklaim kalau orang itu bukanlah orang jahat.

Apakah sikap kita sudah benar? Bolehkah kita menilai orang hanya dengan melihat pakaian saja?Bagaimana etika yang benar ketika melihat orang lain agar hati kita selamat dari perbuatan tercela menilai jelek  orang lain?

Berikut ini adalah etika memandang orang lain.

  • Melihat apa adanya tanpa menilai

Ketika kita berjalan pada suatu tempat, pastinya kita akan mengandalkan mata untuk memperoleh informasi seluas-luasnya. Entah itu yang berkaitan dengan peristiwa ataupun hanya melihat-lihat pemandangan tanpa berniat untuk mengambil informasi apapun. 

Reflek dalam pikiran manusia ketika melihat sebuah objek pemandangan untuk mengomentari apa yang dilihatnya. Ketika pikiran itu bermain dalam otak, maka usahakan untuk menetralkannya. Biarkan mata melihat objek tanpa memberikan penilaian baik dan buruknya. Tanamkan dalam benak bahwa itu semua adalah variasi penciptaan Tuhan.

  • Kembalikan itu semua adalah kehendak Tuhan

Keanekaragaman yang diwujudkan dalam penciptaan adalah kehendak Tuhan. Dengan kehendakNya terciptalah perbedaan-perbedaan. Ada baik dan buruk,cantik kurang cantik, pandai kurang pandai, panjang kurang panjang, hitam dan putih, dsb. Dengan adanya perbedaan itu menumbuhkan rasa bahwa Tuhan memiliki sifat kehendak. Dengan ijinnya Tuhan menciptakan si A kaya, si B miskin, si C cantik, si D jelek dsb.

  • Bersyukur kita tidak seperti mereka

Ketika melihat orang yang kondisinya di bawah kita, sebaiknya mengucapkan syukur bahwa kita dihendaki Tuhan tidak seperti mereka. Hati akan menjadi lebih tenang. Dengan syukur segala anugerah Tuhan akan terasa lebih nikmat. 

  • Doakan mereka
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline