Lihat ke Halaman Asli

Yamin Mohamad

TERVERIFIKASI

Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Tembakau, antara Bisnis Menggiurkan dan Kerusakan Lingkungan

Diperbarui: 14 September 2022   13:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Kurang lebih seminggu tumpukan potongan kayu ini sudah berada di pinggir jalan. Kayu ini terletak sekitar 50 meter sebelum sampai di gerbang sekolah.

Untuk apa? Kayu bakar tentu saja. Sebanyak itukah? Memang banyak. Namun, bukan untuk kayu bakar rumah tangga. Bukan untuk memasak nasi, membakar ikan, atau memanggang ayam. Sekali lagi bukan.

Tumpukan kayu itu merupakan bahan bakar tungku pengeringan tembakau virginia para petani. Mereka menggunakan kayu menjadi salah satu alternatif bahan bakar tungku. Penggunaannya sudah berjalan bertahun-tahun. 

Pada musim panen tembakau merupakan pemandangan yang lazim ditemukan gundukan kayu bakar di banyak tempat di Lombok. Kayu itu dipotong-potong sepanjang setengah sampai satu meter agar lebih mudah dimasukkan ke dalam tungku oven. Kayu yang diameternya lebih besar dibelah lebih kecil lagi.

Tembakau tidak dipetik lalu dijual begitu saja kepada perusahaan. Setelah pemetikan dilakukan pengeringan terlebih dahulu agar nilai penjualan lebih maksimal. 

Pemetikan dimulai pada daun paling bawah. Petani menyebutnya daun tanah. Umumnya pemetikan perdana dilakukan ketika tembakau berumur 60-70 hari.

Daun-daun itu kemudian diikat pada sebuah potongan kayu atau bambu dengan diameter sekitar 3 cm. Potongan kayu sepanjang kurang lebih 2 meter itu disebut gelantang. 

Daun tembakau yang sudah diikat kemudian ditempatkan pada rak dalam oven yang telah disiapkan. Di bawah rak ditempatkan tungku pemanas oven untuk mengeringkan daun tembakau. Proses pengeringan atau pengomprongan.

Dalam proses pengomprongan petani menggunakan bahan bakar yang berbeda-beda. Dulu petani rata-rata menggunakan minyak tanah. Namun, adanya kebijakan konversi minyak tanah ke LPG membuat minyak tanah mengalami kelangkaan. Petani kemudian beramai-ramai beralih menggunakan kayu bakar. Sebagian petani mengklaim penggunaan kayu lebih ideal dalam pengomprongan karena panasnya dapat diatur sesuai kebutuhan.

Sebuah sumber menyebutkan bahwa kebutuhan kayu untuk satu oven setiap musimnya bisa mencapai 3-5 truk. Tidak perlu kalkulator untuk menghitung kubikasi kayu bakar yang diperlukan untuk dua, tiga buah oven, atau kelipatannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline