Lihat ke Halaman Asli

Mochamad Syafei

TERVERIFIKASI

Menerobos Masa Depan

Aku Kalah, Mari Berdamai

Diperbarui: 8 Agustus 2021   17:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Perjalanan waktu telah menyadarkanku bahwa sudah saatnya mengaku kalah. Menyerah. Dan diteruskan dengan berdamai. 

Fia mencintaiku sebagai suaminya. Tapi Fia juga tak mungkin membuang semua kenangan bersamanya. 

"Tak bisa. Tak sanggup. Tak mungkin! " kata Fia sambil terus terisak. 

Aku terlalu keras memaksa Fia untuk tak lagi berhubungan dengan nya. Aku anggap itu hal wajar, karena suami Fia itu cuma satu. Dan dia itu adalah aku. Aku. Aku. 

Tak mau aku berbagi dengan siapa pun. 

Ketika itulah aku sadar. Air mata Fia memang bukan air mata sandiwara. Fia benar benar sudah berupaya. 

Jika aku tetap memaksanya, aku tak manusiawi. Aku sudah menjelma menjadi monster. 

"Besok kita ziarahi makamnya, " kataku yang langsung mengagetkan Fia. 

"Apa? "

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline