Lihat ke Halaman Asli

Mochamad Syafei

TERVERIFIKASI

Menerobos Masa Depan

Tommy Soeharto, Reformasi, Pemilu, dan Berkarya

Diperbarui: 9 Juli 2020   05:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Detiknews

Anak-anak muda umur 30 tahun kurang, kemungkinan besar tak tahu siapa Tommy Soeharto.  Tapi, jika sudah masuk usia kitaran 50 pasti tahu betul siapa Tommy Soeharto. 

Dari sekian anak anak mantan Presiden Soeharto, kelihatan bahwa Tommy yang memiliki hasrat terjun ke dunia politik lebih. Misalnya saja jika dibanding dengan kakaknya Tutut yang pernah menjadi menteri sosial. 

Dan ketika ada nama Soeharto, pasti semua orang di negeri ini pasti tahu. Karena Presiden Soeharto lah presiden negeri ini yang mampu bertahan paling lama di Medan Merdeka Utara. 

Sekarang Tommy menjabat sebagai ketua umum Partai Berkarya.  Pada pemilu 2019, partai ini sudah ikut lolos sebagai peserta pemilu. Meskipun perolehan suaranya belum mampu menembus Senayan. Minimal bisa masuk 4 persen.  Masih harus bersabar lagi. 

Beberapa hari ini nama Tommy mencuat karena kritikannya terhadap Reformasi dan pemilu 2019.  Pemilu 2019 dianggap memprihatinkan dan tidak demokratis. 

Kritik tersebut tentu memunculkan kritik balik.  Kritik tersebut mengingatkan bagaimana kondisi negeri ini ketika berada di genggaman Bapaknya Tommy yaitu presiden Soeharto. 

Bagaimana zaman orde Baru, pemilu bahkan sudah bisa ditentukan pemenangnya sebelum pemilu dilaksanakan.  Kenapa? Karena penyelenggara dan pengawas nya dilakukan oleh kelompok yang sama. 

Golkar yang waktu itu tidak merasa sebagai partai selalu menang telak.  Dan dua partai lainnya, PDI dan PPP seakan menjadi asesoris belaka. 

Kritik Tommy seakan memercik air di dulang terpercik muka sendiri.  Selagi orang masih ingat masa masa orde Baru, selama itu pula kritik keluarga Cendana akan terus dibalikkan ke zaman itu. 

Karena, reformasi memang merupakan pemberontakan terhadap orde baru yang dirasakan sudah terlalu otoriter dan tidak lagi mampu mengemban amanat rakyat negeri ini. Sehingga kritikan oleh mereka yang tersangkut dengan orde baru akan selalu berbalik mengingat bagaimana tidak demokratis nya pemilu di masa itu. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline