Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Natsir Tahar

TERVERIFIKASI

Writerpreneur Indonesia

Ra(ksa)sa Sakit

Diperbarui: 12 Agustus 2021   17:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: amazonaws.com

Sebuah kekeliruan besar atas Ludwig van Beethoven sengaja disebar oleh semacam gerakan pro-kehidupan. Ini menjadi hoax terliar abad 19, bahkan masih sampai sekarang.

Bunyinya seperti ini: - 'Mengenai terminasi kehamilan, aku minta pendapatmu. Ayahnya sakit sifilis, ibunya tuberkulosis. Dari empat anak yang lahir, yang pertama buta, yang kedua  meninggal, yang ketiga tuli dan bisu, yang keempat juga sakit tuberkulosis. Apa yang akan kau lakukan?  + 'Aku akan mengakhiri kehamilannya.' - 'Berarti kau akan membunuh Beethoven.

Komponis Jerman yang secara ajaib mekar di Wina di antara sekuntum Mozart, Haydn, Schubert, Vivaldi ini  memang berantakan, tapi tak seberantak itu. Setidaknya meski ayahnya seorang pemabuk keterlaluan tapi  bukan pengidap sifilis dan dia bukan anak ke-5.

Beethoven adalah metafora: seseorang dapat bertahan menjadi hebat dalam batas terakhir derita yang dapat ia tanggung.

Dalam ruangan sepi perabotan, sebuah piano kecil seukuran anak -anak telah dijadikan oleh Beethoven untuk menulis opera pertama dan satu - satunya, Fidelio, serta komposisi pendek yang manis berjudul Fr Elise.

Dia tahu dia akan tuli dan menderita karena kehilangan satu indera terpenting dalam dunianya. Namun ketulian itu tak mengganggu produktifitas kreatif Sang Maestro.

Dalam film dokumenter BBC World Service "Dissecting Beethoven", ahli bedah saraf Inggris Henry Marsh menyusun daftar rinci penyakit Beethoven, dengan pendekatan seolah-olah ia akan dirawat pada zaman sekarang.

Dokter itu menyebut, sang komposer menderita penyakit radang usus, sindrom iritasi usus besar, diare hebat, penyakit Whipple, depresi kronis, keracunan merkuri, dan hipokondriasis.

Banyak orang hebat yang menderita penyakit dan kecacatan. Edison setengah tuli, Aldous Huxley setengah buta, Alexander Graham Bell dan Picaso disleksia. Michaelangelo, Titian, Goya, dan Monet semuanya menyandang penyakit yang justru jadi pelecut yang menghebatkan karya mereka.

Michaelangelo misalnya, terlalu kesakitan saat melukis Chapel Sistine, yang kemudian melahirkan sosok-sosok yang terpelintir. Itu bahkan menjadi aliran mannerism, aliran seni hebat berikutnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline