Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Natsir Tahar

TERVERIFIKASI

Writerpreneur Indonesia

Covid 19 dan Kaum Pemalas

Diperbarui: 30 Maret 2020   19:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: medium.com

Covid 19 memaksa kita memasuki dunia digital dengan masif. Semesta melawan Covid, tapi selain pembunuh berantai, virus ini menendang kita keluar dari zona nyaman era manual. Romantisme tatap muka untuk hal-hal yang bisa dilakukan cara daring nyaris tamat.

Sampai setiap manusia imun terhadap virus ini, ada kemungkinan kita akan dikunci di dalam ruang pribadi. Italia yang sudah lumpuh total, secara dramatis menjeratkan pasal pembunuhan kepada suspect yang berani keluar tanpa izin. Praktis semua harus mengandalkan teknologi digital agar tetap terhubung.

Di kita, anak sekolah sudah diliburkan. Diliburkan bukan berarti liburan, sebagian sekolah menerapkan sistem belajar daring. Justru ini lebih berat bagi keluarga yang tak terbiasa dengan internet. Tapi titimangsa daring akan mengambil posisinya. Kitalah yang harus beradaptasi.

Anjuran untuk menjaga jarak sosial atau social distancing mesti ditaati agar kita terhindar dari kuncian penuh (lockdown) jika keadaan tidak membaik. Tidak bermaksud menegakkan benang basah, Covid 19 seakan membangunkan manusia dari keterlenaannya.

Keterlenaan dari begitu banyaknya pekerjaan manual yang sudah bisa dikecualikan dengan teknologi digital. Rapat-rapat bisa digantikan dengan teleconference, kunjungan kerja atau studi banding yang mengisap sangat banyak anggaran bisa cara virtual.

Dunia pendidikan sedang ditantang untuk menyambut masa depannya. Semua perkara kerja, kecuali pabrikasi dan konstruksi yang belum ter-automasi akan bisa menempatkan dirinya pada sistem digital.

Mau tidak mau era ini akan memenangkan para introvert, manusia antisosial dan kaum pemalas. Yang dimaksud adalah kaum pemalas yang non mekanis, mereka yang mencari cara untuk tidak melibatkan fisik, meliburkan tungkainya dari merayap ke sana kemari.

Versi lain, orang malas di mata Raja Microsoft Bill Gates sebagai orang pilihan. "Saya memilih orang malas untuk melakukan pekerjaan yang susah, karena orang yang malas akan mencari jalan yang mudah untuk menyelesaikannya". Sebagai induk semang zaman daring, Bill Gates tentu saja melihat itu dari kacamata Microsoft dan variannya. Teorinya dapat dibuktikan di sekeliling kita.

Semakin meregangnya jarak sosial secara fisik tentunya akan membelokkan peradaban. Masing - masing orang akan semakin jarang berjabat tangan, mereka akan terhubung dengan klik secara real time, tidak ada lagi hambatan jarak tempuh.

Seperti permainan zero-sum, bangkitnya teknologi digital sebagai satu utilitas akan mengorbankan utilitas lainnya. Utamanya adalah industri MICE (Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran) termasuk wisata dan transportasi yang akan redup selama Covid 19 belum dilumpuhkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline