Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Covid 19 dan Kaum Pemalas

21 Maret 2020   11:27 Diperbarui: 30 Maret 2020   19:28 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: medium.com

Covid 19 memaksa kita memasuki dunia digital dengan masif. Semesta melawan Covid, tapi selain pembunuh berantai, virus ini menendang kita keluar dari zona nyaman era manual. Romantisme tatap muka untuk hal-hal yang bisa dilakukan cara daring nyaris tamat.

Sampai setiap manusia imun terhadap virus ini, ada kemungkinan kita akan dikunci di dalam ruang pribadi. Italia yang sudah lumpuh total, secara dramatis menjeratkan pasal pembunuhan kepada suspect yang berani keluar tanpa izin. Praktis semua harus mengandalkan teknologi digital agar tetap terhubung.

Di kita, anak sekolah sudah diliburkan. Diliburkan bukan berarti liburan, sebagian sekolah menerapkan sistem belajar daring. Justru ini lebih berat bagi keluarga yang tak terbiasa dengan internet. Tapi titimangsa daring akan mengambil posisinya. Kitalah yang harus beradaptasi.

Anjuran untuk menjaga jarak sosial atau social distancing mesti ditaati agar kita terhindar dari kuncian penuh (lockdown) jika keadaan tidak membaik. Tidak bermaksud menegakkan benang basah, Covid 19 seakan membangunkan manusia dari keterlenaannya.

Keterlenaan dari begitu banyaknya pekerjaan manual yang sudah bisa dikecualikan dengan teknologi digital. Rapat-rapat bisa digantikan dengan teleconference, kunjungan kerja atau studi banding yang mengisap sangat banyak anggaran bisa cara virtual.

Dunia pendidikan sedang ditantang untuk menyambut masa depannya. Semua perkara kerja, kecuali pabrikasi dan konstruksi yang belum ter-automasi akan bisa menempatkan dirinya pada sistem digital.

Mau tidak mau era ini akan memenangkan para introvert, manusia antisosial dan kaum pemalas. Yang dimaksud adalah kaum pemalas yang non mekanis, mereka yang mencari cara untuk tidak melibatkan fisik, meliburkan tungkainya dari merayap ke sana kemari.

Versi lain, orang malas di mata Raja Microsoft Bill Gates sebagai orang pilihan. "Saya memilih orang malas untuk melakukan pekerjaan yang susah, karena orang yang malas akan mencari jalan yang mudah untuk menyelesaikannya". Sebagai induk semang zaman daring, Bill Gates tentu saja melihat itu dari kacamata Microsoft dan variannya. Teorinya dapat dibuktikan di sekeliling kita.

Semakin meregangnya jarak sosial secara fisik tentunya akan membelokkan peradaban. Masing - masing orang akan semakin jarang berjabat tangan, mereka akan terhubung dengan klik secara real time, tidak ada lagi hambatan jarak tempuh.

Seperti permainan zero-sum, bangkitnya teknologi digital sebagai satu utilitas akan mengorbankan utilitas lainnya. Utamanya adalah industri MICE (Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran) termasuk wisata dan transportasi yang akan redup selama Covid 19 belum dilumpuhkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun