Lihat ke Halaman Asli

M. Jojo Rahardjo

Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Membangun Optimisme Menurut Martin Seligman

Diperbarui: 21 November 2015   12:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Photo: Martin E. P. Seligman"][/caption] 

Menurut Gallup Poll, 50% orang Amerika percaya pada tahyul. Kita bisa melihatnya misalnya dalam dunia olahraga, ada pebasket yang meniup tangannya sebelum melempar bola. Atau olahragawan yang mengucapkan "mantra" tertentu sebelum beraksi.

 

Tahayul itu ternyata berguna. Itu disimpulkan dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh peneliti Lysann Damisch, Barbara Stoberock, dan Thomas Mussweiler. Sekelompok orang yang percaya tahyul diberi sebuah bola golf sambil meyakinkan mereka bahwa bola golf itu bola golf keberuntungan. Mereka diminta memukul bola itu ke dalam lubang. Ternyata hasil kelompok ini jauh lebih baik dibanding kelompok lain yang tak percaya pada tahyul. Penelitian menunjukkan bahwa percaya pada tahyul membuat mereka optimistis, sehingga mereka memukul bola golf dengan tenang tanpa rasa gugup, sehingga hasilnya baik.

 

Kita tahu, bahwa banyak agama yang menggunakan patung atau benda-benda lain seperti rosario, tasbih, tulisan, kitab suci, rumah allah, batu hitam atau salib sebagai medium untuk membuat mereka merasa terhubung dengan tuhan mereka atau sesuatu yang mereka anggap lebih besar dari mereka dan berpengaruh. Nampaknya kepercayaan ummat beberapa agama tertentu yang percaya pada benda-benda yang memiliki "kekuatan" atau jimat ini bisa berguna dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam menghadapi tekanan hidup. Meski demikian tahyul ini juga sering disalahgunakan oleh para psikopat yang terlanjur dianggap pemuka agama untuk menumpahkan darah antar kelompok agama.

 

Optimisme sebenarnya bisa dibangun dengan cara lain selain dengan mempercayai benda-benda seperti jimat. Positive psychology misalnya telah melakukan banyak penelitian tentang bagaimana membangun optimisme.

 

Martin Seligman menulis buku lebih dari 20 tahun lalu berjudul "Learned Optimism: How to Change Your Mind and Your Life" mengatakan: Pessimists (orang-orang yang bersikap pesimis) cenderung percaya bahwa peristiwa buruk akan lebih lama terjadi di sekitar dirinya. Mereka juga cenderung menyalahkan diri mereka sendiri, sehingga menghalangi mereka untuk berusaha lebih keras. Sedangkan Optimists percaya peristiwa buruk hanya sebentar saja terjadi dan mereka percaya pada kemampuan mereka, sehingga mereka lebih bersemangat dalam berusaha atau mencoba lagi dan lagi.

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline