Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Memperlakukan Pagi

Diperbarui: 22 Oktober 2018   20:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku jemput kau. Di terminal bus antar kota. Tempat pertama kita berjumpa. Sekaligus tempat terakhir, sebelum kita sepakat lepaskan sua.

Dulu. Aku dan kau sama-sama keras kepala. Memperlakukan pagi tidak dengan hati-hati, hanya supaya dapat sarapan, sekaligus alasan.

Segelas jeruk hangat, dua lapis roti mentega, ditanak matahari. Cukup bagiku untuk mengatakan, pagi sangat baik hati. Tak cukup bagimu, karena kau lebih menghendaki sandwich isi mimpi.

Senyummu yang tertinggal di perapian, ketika kau menyeduh kopi, juga bekas bibir pada cawan. Cukup sebagai alasan bagiku untuk mengatakan, kau membuatku jatuh hati. Tak cukup bagimu, karena kau lebih menyukai aku patah hati.

Aku pergi, kau pun melarikan diri.

Kini. Kita berjumpa lagi. Bersama-sama sarapan pagi. Tapi sama-sama tak keras kepala. Karena kita tahu persis selanjutnya apa. Jika kita melakukan hal yang sama.


Medan, 22 Oktober 2018




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline