Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Memperlakukan Pagi

22 Oktober 2018   20:02 Diperbarui: 22 Oktober 2018   20:20 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku jemput kau. Di terminal bus antar kota. Tempat pertama kita berjumpa. Sekaligus tempat terakhir, sebelum kita sepakat lepaskan sua.

Dulu. Aku dan kau sama-sama keras kepala. Memperlakukan pagi tidak dengan hati-hati, hanya supaya dapat sarapan, sekaligus alasan.

Segelas jeruk hangat, dua lapis roti mentega, ditanak matahari. Cukup bagiku untuk mengatakan, pagi sangat baik hati. Tak cukup bagimu, karena kau lebih menghendaki sandwich isi mimpi.

Senyummu yang tertinggal di perapian, ketika kau menyeduh kopi, juga bekas bibir pada cawan. Cukup sebagai alasan bagiku untuk mengatakan, kau membuatku jatuh hati. Tak cukup bagimu, karena kau lebih menyukai aku patah hati.

Aku pergi, kau pun melarikan diri.

Kini. Kita berjumpa lagi. Bersama-sama sarapan pagi. Tapi sama-sama tak keras kepala. Karena kita tahu persis selanjutnya apa. Jika kita melakukan hal yang sama.


Medan, 22 Oktober 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun