Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Ziarah Hutan

Diperbarui: 25 Juli 2018   13:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku ingin mengajakmu melakukan ritual ziarah.  Ke beberapa tempat yang dulunya menjadi saung bagi bidadari yang tersesat arah.  Juga tempat membasuh sayap bagi malaikat yang lelah.  Tempat-tempat mewah yang sekarang nyaris hanya menjadi kisah sejarah;

Mari kita pergi ke kuburan hutan.  Di sebelah sana itu terbaring beberapa keluarga orang utan.  Matinya seperti orang habis dilanun.  Kehilangan dahan-dahan untuk berayun.  Mereka bukan golongan pejalan kaki.  Tentu sulit bila harus hidup menyendiri di tanah yang berapi.

Di sebelahnya adalah pekuburan gajah.  Lihatlah tulang-tulang besarnya yang gagah.  Tetap saja harus menyerah pada nasib yang digunting pada saat peresmian proyek raksasa.  Tepat di jalur migrasi mereka.  

Lalu ada satu dua makam terpencar.  Itu adalah tempat harimau mencakar-cakar lapar.  di perburuan terakhir.  Ketika pada akhirnya mereka letih tergelincir. Karena babi dan rusa semuanya jauh terusir.

Sedangkan ini adalah pemakaman massal.  Segala jenis pepohonan yang dulu ada di ensiklopedia.  Sekarang justru ada dalam daftar toko-toko penyedia.  Segala jenis perabot dan perlengkapan manusia.

Aku ingin mengajakmu menancapkan batu-batu nisan.  Kita goreskan nama yang singkat saja;  Di sini terbaring hutan dan anak-anaknya yang teraniaya.  Setelah itu mari kita berdoa.  Semoga kita baik-baik saja.  Setelah apa yang kita perbuat kepada mereka.

Jakarta, 25 Juli 2018




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline