Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Surat Kedua untuk Melati

Diperbarui: 13 Agustus 2017   19:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hati hati.  Aku melihat ada kilat sedang mendekat.  Di tengah padang ilalang yang hampir terbakar.  Hanya tinggal menunggu sebuah kecil percikan.  Maka itu akan seperti Alengkadiraja dinyalakan Hanoman.

Hati hati.  Hari yang cerah bisa saja membadai.  Karena nampak angin kelabu di sana sini.  Bernoktah di hati pemarah.  Setelah senja mengatakan tentang harga diri. 

Aku sempat membaca sebuah peribahasa.  Telaga tak selamanya berairmata.  Artinya sedikit membingungkan.  Bagi orang orang yang biasa berenang di lautan.

Aku punya juga peribahasa untukmu.  Seorang pejuang sudah pasti bukan pecundang, seorang pecundang bisa jadi pejuang, jika berani merebut nasib dari mimpinya yang malang.

Semarang, 13 Agustus 2017




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline