Kemarin berusaha mengejarku. Banyak hal yang kau lupakan, katanya.
Membalas senyum seorang penjaga tol yang berucap terimakasih saat kau membayar dan kau hanya melengos pergi.
Membeli kopi di penjaja bersepeda saat berbuka, bukannya malah lari ke warung kopi waralaba dunia.
Membuang sesal dan serapah saat seorang tukang taxi menyelip dari kiri, padahal dia terburu buru mengantar orang yang sedang dekat melahirkan bayi.
Kemarin berhasil mengejarku. Perbaiki apa yang telah kau rusak dari hariku, katanya.
Aku berjanji. Akan memperbaikinya hari ini. Apakah itu berarti bagimu. Kataku pada kemarin.
Kemarin mengangguk. Katanya lagi, itu tidak cukup. Kau harus menambahnya dengan satu ingat dari setiap lupa yang kau buat. Aku gantian mengangguk. Setuju.
Setelah itu aku berlalu. Dari jauh aku melihat besok sudah mengintipku dari jauh. Sedangkan hari ini mulai mencatat apa saja yang aku lupa hari ini. Karena besok pagi dia sudah menjadi kemarin yang akan menagih ingat pada semua lupaku.
Bogor, 11 Juni 2017