Lihat ke Halaman Asli

Mila SeptianHaryati

Menulis bukan hanya gerak tangan. Tapi juga gerak pikiran dan hati. Pastikan, pikiranmu terisi Dan hatimu bersih.

Penerapan Metode Role Play Melalui Pembelajaran Berbasis Problem Solving

Diperbarui: 27 April 2017   23:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Hal tersebut tercantum pula dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19Ayat (1) bahwa Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untukberpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Berdasarkan standar proses yang telah ditetapkan dalam PP No. 19 tahun 2005 tersebut pada dasarnya menjadi suatu pedoman dan panduan bagi para guru diberbagai jenjang pendidikan untuk menerapkan pembelajaran PAIKEM (Pembelajaran Aktif Inovatif, Kreatif, Efektif, dan menyenangkan) oleh sebab itu sudah sepatutnya jika menjadi seorang guru dituntut untuk mampu memainkan perannya yang tidak hanya sebagai komunikator, melainkan juga meliputi peran sebagai mediator, fasilitator dan membantu siswa untuk mecapai tujuan pembelajaran. Dewasa ini jika melihat dan mengamati kinerja guru-guru di Indonesia saat proses pembelajaran masih ditemukannya guru yang mengajar tidak seusai dengan standar proses yang telah ditentukan. Penggunaan metode pembelajaran masih pada metode konvensional. Sementara dalam hal media pembejaran kemampuan guru untuk menciptakan media yang inovatif dan kreatifpun sangat minim. Sabtu, 15 April 2017 penulis melakukan observasi di suatu sekolah mengenai proses pembelajaran yang dilakukan guru dikelas. Dari hasil observasi tersebut guru yang mengajar khususnya pada Mata Pelajaran PPKn sangat kurang dalam penggunaan metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Proses pembelajaran didominasi dengan penggunaan metode ceramah, sehingga suasana kelas begitu tidak teratur dan tidak tenang karena kurangnya kemampuan guru dalam menguasai metode pembelajaran ketika proses pembelajaran berlangsung. Hal tersebut menyebabkan terjadinya Permasalahan berupa rendahnya motivasi siswa dalam belajar akibat dari suasana pembelajaran yang tidak efektif dan efisien sehingg tujuan pembelajaran yang sebelumnya telah dirangcang oleh guru tidak tercapai sebagaimana yang diharapakan.

Berdasarkan hal tersebut, adapun solusi yang ditawarkan oleh penulis dalam rangka mewujudkan pembelajaran PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) maka yang dapat dilakukan yaitu melalui penerapan metode Role Play (Bermain Peran) melalui proses pembelajaran berbasis Promblem Solving.Adanya penggunaan metode Role Play dalam proses pembelajaran tersebut karena permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi siswa dan melibatkannya secara luas. Pada metode bermain peran (role playing), siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran. Siswa akan memerankan suatu situasi yang berkaitan dengan materi yang dipelajari dan mereka akan berusaha mengatasi setiap kasus yang terjadi dari peran yang dimainkan, sehingga siswa bisa menemukan sendiri konsep dari materi yang mereka pelajari. Jadi, dengan metode ini siswa diharapkan mampu memahami konsep jurnal penyesuaian sesuai persepsi yang mereka temukan sendiri. (Mardiyan, R: 2012).

Adapun konsep penerapan Metode Role Play (Berpain Peran)Berbasis Pembelajaran Problem Solving adalah sbb :

  1. Guru menyusun dan menyiapakn skenario yang akan ditampilkan

Skenario yang dirancang oleh guru hendaknya memuat tema yang berkaitan dengan suatu kasus yang menuntut perlu adanya penyelesaian masalah. Rangkaian kegiatan yang disusun oleh guru hanya dalam bentuk “gambaran” dari suatu tema. Dalam hal ini guru memberikan kebabasan penuh kepada siswa untuk mengembakan sendiri jalan cerita dan solusi mengenai kasus yang diangkat.

2. Guru menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario sebelum dilakukannya pementasan (seminggu sebelum atau dua hari sebelum KBM)

ketika guru memperkenalkan materi pembelajaran yang akan dipelajari oleh siswa, maka guru dituntut untuk memberitahukan kepada siswa kegiatan pembelajaran apa saja yang akan dilakukan termasuk adanya skenario yang diberikan oleh guru seminggu atau dua hari sebelum KBM dilaksanakan. Pemberian skenario tersebut ditentukan langsung oleh guru berdasarkan kesepakatan dengan siswa sebagai stakeholder.

3. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang,

Pembegian kelompok dalam hal ini disesuaikan pula dengan jumlah siswa dalam kelas. Guru harus mampu mengefiesiensikan waktu dengan jumlah peserta pada masing-masing kelompok.

4. Guru Memberikan kejelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai

Adanya penjelasan terkait kompetesi yang harus dicapai oleh siswa agar siswa tersebut juga dapat mengetahui tujuan dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan seperti apa

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline