Lihat ke Halaman Asli

Idul Adha, Pererat Solidaritas Sosial dalam Masyarakat

Diperbarui: 31 Agustus 2017   13:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Idul Adha atau lazim disebut sebagai hari raya kurban dan/atau lebaran haji merupakan salah satu hari agung dalam Islam yang diperingati saban 10 Dzuhijjah (bulan ke-12 dalam hitungan Islam). Hari raya kali ini jatuh pada tanggal 1 September tahun ini. Dalam pada itu, masyarakat Islam di berbagai belahan dunia tidak saja melakukan ritual peribadatan shalat Ied, tetapi juga disunnahkan (dianjurkan) bagi setiap individu yang berkecukupan secara materil untuk berkurban sebagai bentuk persembahan kepada Ilahi Rabbi pada hari lebaran.

Dalam perayaan ini ada begitu banyak hikmah kehidupan yang bisa kita petik. Tidak saja sebagai bentuk ketaaan hamba kepada Rabb-nya, melainkan rasa solidaritas sosial menjadi tujuan bersama. Puncak peribadatan ini mengandung makna sosial bahwa sikap welas asih ialah suatu perbuatan sekaligus kesadaran sosial yang perlu ditumbuh kembangkan dalam bermasyarakat.

Semangat Berbagi

Mengulurkan tangan ke bawah menjadi tekad utama di hari istimewa ini. Mereka yang berkurban akan berbagi kepada kerabatnya namun lebih mengutamakan kaum dhuafa atau fakir miskin. Bahkan kelompok penganut agama lain pun jikalau membutuhkan akan diberikan dan disuguhkan terhadap mereka. Di sinilah bagaimana peribadatan hari raya kurban ini bertumpu pada semangat memberi yang menumbuhkembangkan rasa solidaritas sosial dalam kehidupan sosial, di mana setiap individu Muslim membangun sebuah relasi sosial berdasarkan perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat dengan hubungan emosional.

Masyarakat Muslim menjadikan hari raya Idul Adha ini sebagai sarana berbagi kelebihan harta, entah dalam bentuk sedekah, infak maupun kurban yang tidak hanya memenuhi kewajiban perintah Tuhan untuk berkurban di lingkungan sebatas pada kelurga inti atau kerabat, melainkan dalam skala yang lebih luas menjangkau kelompok komunitas yang lain. Di sinilah letak pembuktian bahwa hari raya ini menjunjung tinggi hakikat kebersamaan.

Energi Sosial Perekat Kebersamaan

Maka melalui momentum ini, sejatinya rajutan kebersamaan itu tetap kita rekatkan bersama dalam perayaan secara kolosal. Hari raya ini kita jadikan kekuatan pendorong untuk memenuhi kepentingan bersama. Sehingga hari raya ini bukan hanya sebatas seremonial belaka, akan tetapi tujuan terpenting dari ritual ini ialah bagaimana menghadirkan kepekaan sosial kita terhadap cita-cita kemaslahatan hidup bersama (berkorban demi kepentingan orang banyak) dengan tidak memandang latar belakang identitas sosial keagamaan tertentu. Dengan begitu, semangat saling mengasihi dan mencintai sesama penganut kepercayaan dengan sendirinya akan tumbuh subur dalam relung-relung kehidupan masyarakat kita yang beragam secara agama dan budaya.

--------------

Mahyuddin

Peneliti Bidang Sosiologi dari Mata Garuda Institute

HP        : +62 853 3132 2842

Email   : mahyuddin032@gmail.com




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline