Mohon tunggu...
Mata Garuda
Mata Garuda Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Idul Adha, Pererat Solidaritas Sosial dalam Masyarakat

31 Agustus 2017   13:24 Diperbarui: 31 Agustus 2017   13:35 1923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Idul Adha atau lazim disebut sebagai hari raya kurban dan/atau lebaran haji merupakan salah satu hari agung dalam Islam yang diperingati saban 10 Dzuhijjah (bulan ke-12 dalam hitungan Islam). Hari raya kali ini jatuh pada tanggal 1 September tahun ini. Dalam pada itu, masyarakat Islam di berbagai belahan dunia tidak saja melakukan ritual peribadatan shalat Ied, tetapi juga disunnahkan (dianjurkan) bagi setiap individu yang berkecukupan secara materil untuk berkurban sebagai bentuk persembahan kepada Ilahi Rabbi pada hari lebaran.

Dalam perayaan ini ada begitu banyak hikmah kehidupan yang bisa kita petik. Tidak saja sebagai bentuk ketaaan hamba kepada Rabb-nya, melainkan rasa solidaritas sosial menjadi tujuan bersama. Puncak peribadatan ini mengandung makna sosial bahwa sikap welas asih ialah suatu perbuatan sekaligus kesadaran sosial yang perlu ditumbuh kembangkan dalam bermasyarakat.

Semangat Berbagi

Mengulurkan tangan ke bawah menjadi tekad utama di hari istimewa ini. Mereka yang berkurban akan berbagi kepada kerabatnya namun lebih mengutamakan kaum dhuafa atau fakir miskin. Bahkan kelompok penganut agama lain pun jikalau membutuhkan akan diberikan dan disuguhkan terhadap mereka. Di sinilah bagaimana peribadatan hari raya kurban ini bertumpu pada semangat memberi yang menumbuhkembangkan rasa solidaritas sosial dalam kehidupan sosial, di mana setiap individu Muslim membangun sebuah relasi sosial berdasarkan perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat dengan hubungan emosional.

Masyarakat Muslim menjadikan hari raya Idul Adha ini sebagai sarana berbagi kelebihan harta, entah dalam bentuk sedekah, infak maupun kurban yang tidak hanya memenuhi kewajiban perintah Tuhan untuk berkurban di lingkungan sebatas pada kelurga inti atau kerabat, melainkan dalam skala yang lebih luas menjangkau kelompok komunitas yang lain. Di sinilah letak pembuktian bahwa hari raya ini menjunjung tinggi hakikat kebersamaan.

Energi Sosial Perekat Kebersamaan

Maka melalui momentum ini, sejatinya rajutan kebersamaan itu tetap kita rekatkan bersama dalam perayaan secara kolosal. Hari raya ini kita jadikan kekuatan pendorong untuk memenuhi kepentingan bersama. Sehingga hari raya ini bukan hanya sebatas seremonial belaka, akan tetapi tujuan terpenting dari ritual ini ialah bagaimana menghadirkan kepekaan sosial kita terhadap cita-cita kemaslahatan hidup bersama (berkorban demi kepentingan orang banyak) dengan tidak memandang latar belakang identitas sosial keagamaan tertentu. Dengan begitu, semangat saling mengasihi dan mencintai sesama penganut kepercayaan dengan sendirinya akan tumbuh subur dalam relung-relung kehidupan masyarakat kita yang beragam secara agama dan budaya.

--------------

Mahyuddin

Peneliti Bidang Sosiologi dari Mata Garuda Institute

HP        : +62 853 3132 2842

Email   : mahyuddin032@gmail.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun