Lihat ke Halaman Asli

Canisius College Cup XL Sebagai Arena Pertandingan dan Kawah Candradimuka Karakter Anak Muda

Diperbarui: 2 Oktober 2025   21:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertandingan Volley antara SMPN 110 melawan SMKN 123

Kegiatan Canisius College Cup XL 2025 telah resmi dimulai. Ratusan sekolah terlibat, ribuan siswa hadir, dan ratusan panitia bekerja di balik layar demi kelancaran acara. 

Lapangan, tribun, hingga koridor sekolah dipenuhi euforia semangat anak muda. Tidak hanya sebagai kompetisi olahraga, CC Cup sudah lama dikenal sebagai kawah candradimuka yang membentuk karakter generasi muda. Di sinilah anak-anak belajar arti kerja keras, sportivitas, solidaritas, dan daya juang.

Setiap tahun, CC Cup menjadi magnet yang menyedot perhatian banyak orang. Suasana sekolah berubah menjadi arena besar di mana anak-anak muda menunjukkan kemampuan terbaik mereka. Dari pagi hingga malam, pertandingan demi pertandingan berlangsung dengan meriah. Bukan hanya basket dan futsal, ada juga voli, e-sport, kegiatan seni, dan berbagai aktivitas pendukung yang semakin memeriahkan suasana. Semua itu menunjukkan bahwa CC Cup bukan sekadar sebuah acara olahraga, melainkan sebuah peristiwa kebudayaan yang mengikat banyak pihak dalam kebersamaan.

Yang membuat CC Cup berbeda dari kompetisi lain adalah nilai yang ditanamkan. Anak-anak tidak hanya datang untuk mencari kemenangan, melainkan juga untuk menghidupi semangat magis, yaitu semangat untuk selalu melakukan sesuatu lebih baik dari sebelumnya. Semangat inilah yang membuat para pemain berani mengambil risiko, para panitia rela mengorbankan waktu dan tenaga, dan para penonton setia memberi dukungan penuh tanpa henti. Magis berarti berani keluar dari zona nyaman, menghadapi tantangan, lalu belajar dari proses yang dilalui.

Sebagai penonton, kita bisa merasakan betapa setiap sorakan dan tepukan bukan hanya sekadar hiburan, melainkan sebuah tanda solidaritas yang menyatukan. Sebagai panitia, kita menyaksikan betapa kerja keras kecil di balik layar, seperti menyusun jadwal pertandingan, menyiapkan perlengkapan, hingga menjaga ketertiban, semuanya merupakan bagian penting dari latihan kepemimpinan dan tanggung jawab. Hal-hal sederhana itulah yang perlahan membentuk karakter. Anak-anak muda belajar bahwa kesuksesan besar hanya bisa lahir dari kerja kolektif, bukan kerja sendiri.

Sekolah Kolese Kanisius

CC Cup XL 2025 adalah wadah belajar nilai sportivitas, tanggung jawab, dan solidaritas yang tidak bisa ditemukan di ruang kelas.

CC Cup selalu melibatkan banyak pihak: pemain, pelatih, penonton, wasit, panitia, bahkan aparat keamanan yang hadir menjaga ketertiban. Semua bergerak dalam satu irama, memastikan suasana tetap aman, meriah, dan penuh semangat. Dari sinilah lahir pelajaran penting, bahwa hidup sejatinya adalah kolaborasi. Ketika satu tim kalah, mereka diajak untuk tidak tenggelam dalam kecewa, melainkan bangkit, belajar dari kesalahan, dan kembali mencoba. Dari proses itulah persahabatan sejati lahir. Tidak jarang kita melihat tim yang bersaing ketat di lapangan, tetapi setelah peluit panjang berbunyi, mereka saling merangkul dan tersenyum bersama.

Budaya instan yang begitu lekat dengan kehidupan anak muda zaman sekarang sering membuat mereka lupa pada arti proses. Banyak yang ingin hasil cepat, sukses instan, dan pujian instan. CC Cup memberi pengingat nyata bahwa setiap hasil yang baik lahir dari perjalanan panjang yang melelahkan. Seorang pemain bisa tampil hebat di lapangan karena berbulan-bulan berlatih dengan disiplin. Sebuah tim bisa melaju ke final karena mampu mengatasi rasa malas, menata strategi, dan menjaga kekompakan. Panitia bisa sukses menggelar acara sebesar ini karena ada jam-jam kerja di balik layar yang sering tidak terlihat, dari rapat panjang hingga pulang larut malam demi memastikan semua berjalan sesuai rencana.

Dalam spiritualitas Ignasian, ada kata kunci yang relevan dengan semua ini, yaitu magis. Kata ini mengajarkan kita untuk tidak puas dengan pencapaian yang biasa-biasa saja, tetapi terus berusaha memberi yang terbaik. Magis bukan berarti harus selalu menang, tetapi berani melakukan sesuatu dengan sepenuh hati. Seorang pemain yang tetap memberi dukungan meski dirinya duduk di bangku cadangan pun sedang menghidupi magis. Seorang panitia yang rela membersihkan lapangan setelah semua orang pulang juga sedang menghidupi magis. Bahkan penonton yang mau menghargai lawan dengan tepuk tangan tulus pun sedang menghidupi magis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline