Lihat ke Halaman Asli

Megawati Sorek

Guru SDN 003 Sorek Satu Pangkalan Kuras Pelalawan Riau

Kisah Pedagang Pasar Kaget Ramadhan

Diperbarui: 23 Maret 2023   10:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Bulan Ramadan bulan yang dinantikan oleh semua umat muslim. Nuansa ibadah membuat terasa syahdu. Ibadah berlipat ganda pahala maupun masa panen untuk mengais rezeki. Tak terkecuali oleh keluarga Pak Saleh sekeluarga.

Adalah pasar kaget, kenapa disebut 'pasar kaget' karena memang dibukanya secara kagetan oleh pemegang kuasa di tunjuk suatu tempat berupa tanah lapang. Nantinya para pedagang silahkan membuka lapak meja jualan berjejer boleh bertenda sedikit atau terbuka. Makanan biasanya ditutupi dengan plastik putih bening saja.

Setiap pukul 15.00, menjelang sore kesibukan para pedagang di mulai dari yang berjualan berbagai lauk pauk, penganan, takjil, es buah maupun es lainnya dengan aneka warna-warni. Sangat menggiurkan, membuat lapar mata kata orang. Lebih tepatnya keinginan akan membesar tak sesuai dengan kebutuhan.

Hari ini memasuki puasa yang ketujuh. Pak Saleh dan keluarga sudah sibuk menyiapkan segala barang dagangannya. Dibantu oleh kedua putrinya yang remaja. Bu Atma--- istri Pak Saleh menjual berbagai lauk-pauk dan mulai masak selesai salat dzuhur. Ada gulai pucuk ubi yang dicampur jengkol, ikan panggang, sambal gorengan campur-campur berupa telur puyuh dengan ikan teri dan tempe, urap sayur dan perkedel kentang.

Sedangkan Pak Saleh akan menjual es campur yang diberi potongan agar-agar, cincau, dan cendol yang dibagi gula merah. Telah tersedia dalam satu termos.

Tiba-tiba cuaca cerah berubah menjadi mendung menghiasi langit. Membuat Pak Saleh berulang kali menatap ke atas. Guratan kecemasan terlihat di wajahnya. Baru saja ia beserta keluarga sampai di lapak jualannya setelah tadi becak mengantar dua kali bolak-balik dari rumahnya.

"Mak, takutnya hujan ni, mak. Jadi gimana?" Putri sulung Pak Saleh bertanya. Tangannya mengibas di atas bentangan lauk-pauk dengan kayu kecil berujung juntaian tali rapia.

"Berdoa saja, Nak, moga ndak ujan," ucap  Bu Atma dengan wajah sedih.

"Modal kita akan terbenam nantinya jika hari ini jualan kita tak laku," sambung Pak Saleh, tertunduk.

Terbayang masakan serta es jualannya yang akan tidak ada pembelinya jika hujan lebat mendera.

"Mak, kalau kita panasin lagi lauk-pauk ni, bisa jual lagi tuk besok ndak, Mak," tanya Andin---anak bungsu mereka yang tahun ini akan selesai sekolah di SLTP.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline