Lihat ke Halaman Asli

Mahasiswa Unnes Giat 3 Sosialisasikan Pencegahan Stunting Diikuti dengan Demo Masak Makanan Sehat di Desa Patemon

Diperbarui: 3 Desember 2022   00:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Stunting   merupakan   kondisi   gagal   tumbuh   pada   anak   yang   disebabkan   oleh kekurangan  asupan  nutrisi,  infeksi  yang  berulang,  dan  simulasi  psikososial  yang  tidak memadai.  Kondisi  tersebut  ditunjukkan  dengan  tinggi  badan  anak  yang  kurang  dari -2 Standar  Deviasi (SD)  median  pertumbuhan  anak  berdasarkan  standard  yang  ditetapkan oleh  WHO.  Stunting  merupakan  masalah  gizi  serius  yang  mengancaman  kualitas generasi   bangsa   Indonesia   sehingga   memerlukan   penanganan   yang   tepat.   Hal   ini disebabkan karena stunting dapat mempengaruhi kesehatan dan tingkat kecerdasan anak . 

Data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2019 menunjukkan  prevalensi stunting   di   Indonesia   masih   lebih   tinggi   dibandingkan   dengan   ambang   batas   yang ditetapkan oleh WHO (20%) yaitu mencapai 27,7%. Stunting disebabkan oleh beberapa faktor seperti, faktorpendidikan dan pengetahuan ibu, faktor ekonomi, sosial dan budaya,  peningkatan  paparan  terhadap  penyakit  infeksi,  kerawanan  pangan  dan  akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan serta faktor ketersedian air bersih dan sanitasi lingkungan. 

Stunting dapat terjadi apabila pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) bayi mengalami  kondisi    kesehatan  yang  tidak  optimal  atau  kondisi  gizi  yang  tidak  optimal, sehingga   menyebabkan   terganggungnya   tumbuh   kembang   bayi   dan   rentan   terkena penyakit.

Sebagai   upaya   percepatan   penanggulangan   masalah   stunting   tersebut,   perlu dilakukan upaya intervensi hingga level individu masyarakat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menanggulangi stunting di daerah masing-masing. Salah satu contohnya di  wilayah  Kelurahan  Patemon,  Kota  Semarang.  Dari  hasil observasil  di  lokasi  pengabdian  kepada  masyarakat  menunjukkan  bahwa  masih  terdapat masyarakat  yang  mengabaikan  pentingnya  asupan  gizi.  

Hal  ini  juga  didukung  oleh  hasil wawancara  dari  tokoh  masyarakat,  yang  menyampaikan  bahwa  masyarakat Kelurahan Patemon Kota Semarang masih banyak yang memiliki pengetahuan dan   kesadaran   yang kurang   tentang   pencegahan   stunting.   

Selain   itu,   hasil   survey pendahuluan  juga  menunjukkan  bahwa  anak  balita  di  wilayah  tersebut  tidak  menyukai sayuran. Hal ini berbanding terbalik dengan himbauan pemerintah untuk mengonsunsumsi makanan  kaya  gizi  seperti  sayuran.  

Sayuran  adalah sumber  vitamin  dan  mineral  yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Makanan Pendamping Anak adalah makanan yang dapat membantu perbaikkan gizi anak, karena di dalamnya ada terdapat beberapa makanan yang bergizi seperti Kentang dalam 1 buah kentang berukuran sedang  atau  setara  100  gram,  terdapat  sekitar  88  kaloridan  nutrisi  berikut  ini:  20  gram karbohidrat.  1,9  gram  protein.  1,8  gram  serat  pangan.

Kegiatan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan merupakan hasil kerjasama antara mahasiswa Universitas Semarang dan masyarakat Kelurahan Patemon. Kegiatan yang dilaksanakan adalah:

Sosialisasi

Materi sosialisasi yang diberikan adalah berkaitan dengan pola asuh dan pola makan anak dimana kegiatan ditujukan kepada seluruh ibu PKK Rw 08 Kelurahan Patemon Kota Semarang. Pengisi materi dari kegiatan adalah mahasiswa Unnes Giat 3 Universitas Negeri Semarang. Analisis data yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah berkaitan dengan tingkat pengetahuan ibu berkaitan dengan pola asuh dan pola makan anak.

Demo Masak

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline