Lihat ke Halaman Asli

Memanusiakan Manusia dalam Pemilu 2019

Diperbarui: 14 Maret 2019   03:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

tribunnews.com

Pemilihan umum selalu menjadi hajat yang selalu dirayakan oleh segenap masyarakat terutama di Indonesia. Bahkan pemilihan umum bisa dianggap sebagai budaya populer baru yang seakan-akan merayakan pemilihan umum seperti merayakan hajatan besar negara.

 Euphoria tentang pemilu selalu dinanti-nanti oleh masyarakat Indonesia sebagai sesuatu yang ditunggu-tunggu dan bahkan diharapkan sebagai tombak dan tolak ukur pesta demokrasi yang baik di Indonesia untuk upaya mencapai masyarakat madani dengan pembangunan yang berkelanjutan.

Namun, ada yang menarik di pemilihan umum tahun ini dimana yang tersedia hanyalah dua pasangan yaitu Joko Widodo dan KH Maaruf Amin yaitu pasangan nomor satu, dan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno pasangan nomor dua sebagai calon yang melawan pertahana.

Dua pilihan itu membuat masyarakat Indonesia terbagi menjadi dua antara mana pendukung Prabowo yang biasa disebut kampret dan pendukung Jokowi dengan sebutan cebong.

Namun berhenti disana, saya tergelitik dengan sebuah artikel yang dibuat oleh seorang guru besar Sekolah Tinggi Filsafat, Franz -- Magnis Suseno tentang pembahasan golput atau golongan putih yang tidak memilih keduanya karena berbagai alasan yang majemuk.

Ada ketidakpercayaan terhadap calon yang tersedia, atau pendidikan yang kurang tentang pemilihan umum, terus kurangnya sosialisasi, atau masih merasa bingung dan lain-lainnya.

Namun yang lucu adalah, ada sebuah kalimat dan kata-kata yang seolah olah bahwa memilih golput adalah sesuatu tindakan yang dianggap sebagai tidak ada tanggung jawab moral yaitu seperti kata kata seperti ini : Anda Bodoh, Berwatak Benalu, dan Physico Freak atau gangguang mental dan psikis.

Artikel yang terbit di salah satu media cetak (Dokpri)

Ada point yang hilang dari pemilihan umum 2019 saat ini adalah tentang konsep memanusiakan manusia. Konsep ini merupakan konsep yang sangat luhur yang sangat membudaya didalam masyarakat Indonesia yang selalu digaungkan oleh Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dalam perilaku dan sosialisasinya.

Memanusiakan manusia merupakan tindakan yang berpegang terhadap nilai keadilan, kesetaraan, serta nilai persaudaran, hak atas pelayanan, kesejahteraan, berpendapat dan beraktivitas menjadi salah satu cara memanusiakan manusia tersebut. Istilah "memanusiakan manusia" merupakan upaya untuk membuat manusia menjadi berbudaya atau berakal budi.

Sesama manusia saling menghargai, menghormati, dan tidak mengadili. Konteks "memanusiakan manusia" berpegang pada nilai keadilan, kesetaraan, serta nilai persaudaraan.

Beberapa point memanusiakan manusia yang sangat dilupakan oleh masyarakat saat ini adalah tentang menghormati pilihan orang lain. Terbayang makna yang kasar dalam tulisan diatas menyebutkan memilih golput adalah bodoh, benalu, gangguan mental dan lain-lain yang semua itu merupakan kalimat offensive tanpa solusi itu sangat menusuk hati sebagian masyarakat yang mendeklarasikan untuk golput.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline